BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kitab suci al-Qur’an adalah sumber inspirasi kehidupan manusia.
Krena semua yang dibutuhkan oleh manusia tersedia di dalamnya. Tinggal mau atau
tidak untuk mengambil dan menggunakannya. Jika kita belum menemukan apa-apa di
dalamnya, padahal kita senantiasa membacanya, boleh jadi interaksi kita dengan
al-Qur’an belum sempurna, karena kita hanya sekedar membaca tanpa melihat
aspek-aspek lain yang justru penting. Jika kita menengok sejarah, saat kejayaan
Islam mencapai puncaknya, kita akan mengetahui dan menyadari bahwa umat Islam
saat itu benar-benar menjadikan al-Qur’an sebagai sumber ilmu dan inspirasi.
Oleh karena itu, sebelum kita membahas lebih jauh tentang al-Qur’an, kita harus
terlebih dahulu mengetahui pengertian al-Qur’an agar kita tidak salah dalam
memaknai al-Qur’an dan mengetahui apa saja yang berhubungan dengan al-Qur’an.
B.
Rumusan masalah
1.
Menjelaskan pengertian al-Qur’an
2.
Menjelaskan nama-nama al-Qur’an
3.
Menganalisa sejarah turunnya al-Qur’an
4.
Menganalisa sejarah pembukuan dan pembakuan al-Quran
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari al-Qur’an
2.
Untuk mengetahui nama-nama lain al-Qur’an
3.
Untuk mengetahui sejarah turunnya al-Qur’an
4.
Untuk mengetahui sejarah pembukuan dan pembakuan al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologi kata al-Qur’an dari kata- يقرأ - قرءانا قرأ yang artinya bacaan atau
yang dibaca (bermakna isim maf’ul) Menurut ahli bahasa, Al-Llihyani (wafat 215
H). Kata al-Qur’an adalam isim Masdar dengan arti Isim Maf’ul (مقروء) yaitu yang dibaca. Karena di dunia ini tidak ada buku bacaan,
buku atau kitab seperti al-Qu’an yang senantiasa dibaca, dimusabaqohkan dan
dikaji oleh berjuta-juta manusia.
Secara terminologi, al-Qur’an menurut Dr. Subhi Al-Shalih adalah
kalam Allah SWT. yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW. dan ditulis di mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir. Membacanya
termasuk ibadah. Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan al-Quran adalah
firman Allah yang tiada tandingannya. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
sebagai penutup nabi dan rasul dengan perantara malaikat Jibril a.s. dan
ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara
mutawatir serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah.
Nama-Nama Lain Al-Qur’an
Al-Qadi Abu Al-Ma’aliy ‘Aziziy bin Abdu Al-Malik, seperti dikutip
Al-Zzarkasyi di dalam Al-Burhan[1]
mengatakan bahwa Al-Qur’an memiliki 55 buah nama[2].
Untuk mendukung pendapatnya ini, Ibnu Abd Malik menggunakan ayat-ayat
al-Qur’an. Di antaranya adalah :
1.
Kitab (Ad-Dukhan,
ayat 1 dan 2)
2.
Quran (Al-Waqi’ah,
ayat 77)
3.
Kalam (At-Taubah,
ayat 6)
4.
Nur (An-Nisaa’,
ayat 174)
5.
Hudan (Luqman, ayat
3)
6.
Rahmah (Yunus, ayat
58)
7.
Furqan (Al-Furqan,
ayat 1)
8.
Syifa (Al-Isra’,
ayat 82)
9.
Maw’izhah
(Yunus, ayat 57)
10.
Dzikra (Al-Anbiya’,
ayat 50)
11.
Karim (Al-Waqi’ah,
ayat 77)
12.
Ali (Al-Zukhruf,
ayat 41)
13.
Hikmah (Al-Qamar,
ayat 5)
14.
Hakim (Yunus, ayat 1
dan 2)
15.
Muhaymin
(Al-Maidah, ayat 48)
16.
Mubarak (Shad, ayat
29)
17.
Habl (Ali ‘Imran,
ayat 103
18.
Shirath (Al-An’am,
ayat 153)
19.
Al-Qayyim
(Al-Kahfi, ayat 1 dan 2)
20.
Fadhla (At-Thariq,
ayat 13)
Nama-nama
al-Qur’an yang disodorkan Ibnu Abd Malik memang bermakna bagus, tetapi terkesan
dipaksakan, Karena orang yang memahaminya mendapat rahmat. Ayat yang dijadikan
dalilnya adalah surah Yunus ayat 58, yang berbunyi :
قل بفضل الله وبرحمته
فبدلك فليفرحوا
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu
mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa
yang mereka kumpulkan."
Rahmat Allah memang sesuatu yang diharapkan oleh
semua orang yang beriman, tetapi rahmat bukanlah nama kitab suci kaum Muslimin,
atau nama lain dari al-Qur’an. Sebutan yang terasa lebih relevan lebih mengena
untuk nama lain dari al-Qur’an adalah sebagai berikut :
1.
Al-Kitab. Dinamai Kitab karena
ayat-ayat al-Qur’an tertulis dalam bentuk kitab. Dalilnya :
ذلك الكتاب لاريب فيه, هدى للمتقين.
Kitab ini tidak ada keraguan padanya sebagai petunjuk bagi
orang-orang yang bertaqwa.
(QS. Al-Baqarah: 2)
Menurut pengertian
yang dapat ditangkap dari beberapa ayat al-Qur’an yang lainnya. Taurat yang
diturunkan kepada Nabi Musa dan Injil untuk Nabi Isa, juga disebut Al-Kitab.
Jadi, semua kitab suci yang diturunkan Allah kepada nabi-Nya disebut kitab atau
Al-Kitab.
2.
Al-Furqan
(Pembeda). Al-Qur’an menjelaskan antara yang hak dan yang batil, antara yang
benar dan yang salah,dan antara yang baik dan yang buruk. Dalilnya :
تبارك الذي نزل
الفرقا ن على عبده ليكون للعلمين نذيرا.
Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya
(Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al-Furqan: 1)
3.
Al-Dzikr (Peringatan).
Al-Qur’an mengandung peringatan-peringatan, nasihat-nasihat, serta informasi
mengenai umat yang telah lalu yang tentu saja sebagai peringatan dan nasihat
bagi orang yang bertaqwa. Dalilnya :
وقا لوايآ أيها
الذي ىزل عليه الذكر.
Dan mereka berkata: “Wahai orang yang diturunkan padanya
Al-Dzikr...”(QS. Al-Hijr:
6)
4.
Al-Mushaf.
Allah menyebut suhuf[3]
untuk kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Dalilnya :
ان هذا لفي
الصحف الأولى. صحف ابراهيم وموسى.
Sesungguhnya ini terdapat di dalam suhuf yang terdahulu. Yaitu
suhuf Ibrahim dan Musa.
(QS. Al-A’la: 18-19)
Sebutan Mushaf[4]
menjadi semakin populer setelah Utsman bin Affan membentuk Panitia
Penghimpun Ayat-ayat Al-Qur’an dan mendistribusikan mushaf-mushaf
salinan Panitia Empat itu ke beberapa wilayah kekuasaan Islam. Sejak itu,
pengertian Al-Mushaf berkembang menjadi sebuah nama yang memberi
identitas pada “Kalam Allah yang ditirunkan kepada Nabi Muhammad, tertulis di
dalam lembaran-lembaran, membacanya merupakan ibadah, susunan kata dan isinya mukjizat,
dinukil secara mutawatir, dimulai dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surah An-Nas.”
Sejarah Turunnya Al-Qur’an
Al-Qur’an Al-Karim yang terdiri dari 114 surah dan susunannya
ditentukan oleh Allah SWT. Dengan cara tauqifi[5],
tidak menggunakan metode sebagaimana metode-metode penyusunan buku-buku
ilmiah. Allah menurunkan al-Qur’an kepada Rasul kita Muhammad untuk memberi
petunjuk bagi manusia. Turunnya al-Qur’an merupakan peristiwa besar sekaligus
menyatakan kedudukannnya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya al-Qur’an
pertama kali pada malam lailatul qadar[6]
di bulan Ramadhan. Turunnya al-Qur’an yang kedua kali secara
bertahap, Rasulullah tidak menerima risalah agung ini sekaligus, dan kaumnya
pun tidak pula puas dengan risalah tersebut. Oleh karena itu wahyu pun turun
berangsur-angsur untuk menguatkan hati Rasul dan menghiburnya serta mengikuti
peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah menyempurnakan agama ini dan
mencukupkan nikmatnya.
Al Quran diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara
malaikat Jibril. Al Quran terdiri dari 30 Juz, 6666 ayat, 114 surah dan
diturunkan setahap demi setahap selama kurang lebih dua puluh tiga tahun (22
tahun, 22 Bulan, 2 Hari) : tiga belas tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah[7]. (QS.
Al-Isra’ : 106)
Maksudnya: Kami telah menjadikan turunnya al-Qur’an itu secara berthap agar
kamu membacakannya kepada manusia secara perlahan dan teliti. Dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian sesuai dengan peristiwa-peristiwa dan
kejadian-kejadian.
Para ulama membagi sejarah turunnya al-Qur’an dalam dua periode: (1)
Periode sebelum hijrah ; dan (2) Periode sesudah hijrah. Tetapi disini, sejarah
turunnya al-Qur’an akan dibagi menjadi tiga[8], yaitu :
1. Periode Pertama
Pada awal
turunnya wahyu pertama (iqra’), Nabi Muhammad SAW. belum dilantik
menjadi Rasul. Dengan wahyu pertama itu beliau baru merupakan seorang nabi yang
tidak ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterima. Baru setelah turun wahyu
kedua beliau ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya. Firman
Allah : (QS. Al-Muddatstsir : 1-2)
يأيّهاالمدّ
ثيرُ. قُم فَأَنذر.
“wahai yang
berselimut. Bangkit dan berilah peringatan”
Kemudian
kandungan wahyu Ilahi berkisar dalam tiga hal. Pertama, pendidikan bagi
Rasulullah SAW., dalam membentuk kepribadiannya. Dalam Firman Allah SWT. dalam
QS. Al-Muddatstsir : 1-7 yang artinya “wahai orang yang berselimut.
Bangunlah dan sampaikanlah. Dan Tuhanmu agungkanlah. Bersihkanlah pakaianmu.
Tinggalkan kotoran (syirik). Janganlah memberikan sesuatu dengan mengharap
menerima lebih banyak darinya, dan sabarlah engkau melaksanakan
perintah-perintah Tuhanmu.”.
Kedua, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan af’al
Allah, misalnya surah Al-A’la atau surah Al-Ikhlas, yang menurut hadist
Rasulullah “sebanding denngan sepertiga al-Qur’an” karena yang mengetahuinya
dengan sebenarnya akan mengetahui pula persoalan-persoalan tauhid dan tanzih
Allah SWT.
Ketiga, keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islamiah, serta
bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliyah
ketika itu.
Periode ini
berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi di
kalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksi-reaksi tersebut nyata dalam tiga
hal pokok:
1.
Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran-ajaran
al-Qur’an.
2.
Sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran al-Qur’an
karena kebodohan mereka (QS. Al-Anbiyaa’ : 24), keteguhan mereka mmpertahankan
adat istiadat dan tradisi nenek moyang (QS.Az-Zukhruf : 22), dan atau karena
adanya maksud-maksud tertentu dari satu golongan
3.
Dakwah al-Qur’an mulai melebar melampaui perbatasan Makkah menuju
daerah-daerah seitarnya.
2. Periode Kedua
Pada periode
ini, sejarah turunnya al-Qur’an berlangsung selama 8-9 tahun, di mana terjadi
pertarungan hebat antara gerakan Islam dan Jahiliah. Gerakan oposisi terhadap
Islam menggunakan segala cara dan sistem untuk menghalangi kemajuan dakwah
Islamiah.
Dimulai dari
fitnah, intimidasi dan penganiayaan, yang mengakibatkan para penganut ajaran
al-Qur’an ketika itu terpaksa berhijrah ke Habsyah dan pada akhirnya mereka
semua termasuk Rasulullah berhijrah ke Madinah.
Pada masa
tersebut, ayat-ayat al-Qur’an, di satu pihak, silih berganti turun menerangkan
kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi dakwah ketika
itu (QS.An-Nahl : 125). Dan di lain pihak, ayat-ayat kecaman dan ancaman yang
pedas terus mengalir kepada kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran (QS.
Fushshilat : 13). Selain itu, turun juga ayat-ayat yang mengandung
argumentasi-argumentasi mengenai keesaan Tuhan dan kepastian hari kiamat
berdasarkan tanda-tanda yang dapat mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari
(QS. Yaasiin : 78-82).
Di sini
terbukti bahwa ayat-ayat al-Qur’an telah sanggup memblokade paham-paham
jahiliah dari segala sisi sehingga mereka tidak lagi mempunyai arti kedudukan
dalam rasio dan alam pikiran sehat.
3. Periode Ketiga
Selama masa
periode ketiga ini, dakwah al-Qur’an telah dapat mewujudkan suatu prestasi
besar karena penganut-penganutnya telah dapat hidup bebas melaksanakan
ajaran-ajaran agama di Yatsrib. Periode ini berlangsung selama sepuluh tahun,
di mana timbul bermacam-macam peristiwa, problem dan persoalan. Dengan satu
susunan kata-kata yang membangkitkan semangat (QS. At-Taubah : 13-14). Ada
kalanya pula merupakan perintah-perintah yang tegas disertai dengan
konsiderannya (QS. Al-Maaidah : 90-91). Di samping itu, secara silih berganti,
terdapat juga ayat yang menerangkan akhlak dan suluk yang harus diikuti
oleh setiap muslim dalam kehidupannya sehari-hari (QS. An-Nur : 27). Semua ayat
ini memberikan bimbingan kepada kaum muslim menuju jalan yang diridhoi Allah
SWT. Di samping mendorong mereka untuk berjihad di jalan Allah, sambil
memberikan didikan akhlak dan suluk yang sesuai dengan keadaan mereka
dalam bermacam-macam situasi[9]
Sejarah Pembukuan dan Pembakuan Al-Qur’an
A.
Pengajaran al-Qur’an di masa Nabi Muhammad SAW.
Saat menerima wahyu pertama di goa Hiro. Nabi Muhammad telah
diajarkan oleh Jibril a.s. bagaimana cara membaca al-Qur’an, yaitu dengan
“membaca penuh makna (‘iqra). Maksudnya al-Quran tidak sekedar dibaca dengan
lisan, tetapi juga dipahami dengan pikiran”. Namun karena nabi SAW. senang
dengan bacaan al-Qur’an dan membacanya dengan tergesa-gesa, oleh karena itu
Allah menegur dengan menurunkan surah Al-Qiyaamah ayat 16-19. Pada surah ini
menunjukkan dua cara pengajaran Al-Qur’an yang diterima Nabi SAW[10].
Pertama,
penghimpunan al-Qur’an di benak Nabi SAW. dituntun jibril a.s dengan dalam
membaca al-Qur’an. Kedua, Nabi SAW. diberitahukan penjelasan mengenai
kandungan wahyu al-Qur’an yang diterimanya. Mula-mula nabi membacakan ayat-ayat
yang bari diterimanya. Setelah hafal mereka membacanya di hadapan Nabi,
Sementara Nabi menyimaknya. Nabi juga memberikan petunjuk mengenai peletakan
ayat dalam surah-surah. Setelah itu, Nabi memerintahkan di antara
sahabat-sahabat yang bisa menulis untuk mencatat ayat yang baru saja diajarkan.
Setelah dicatat, Nabi menjelaskan kandungan ayat tersebut. Pola pengajaran Nabi
tersebut ditegaskan dalam surah Al-Jumu’ah ayat 2 yang isinya menegaskan bahwa
masyarakat arab yang dihadapi Nabi umumnya belum bisa membaca dan menulis,
sebagaimana Nabi sendiri. Namun dengan upaya Nabi hanya para sahabat yang sudah
bisa membaca dan menulis, dan ada beberapa sahabat yang dikenal sebagai
pencatat wahyu, di antaranya Abu Bakar Al-Shiddiq, Umar bin Al-Khattab, Utsman
bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Khubait bin Kaab, Mu’awiyah bin
Abi Sufyan, dan lain sebagainya. Agar catatan al-Qur’an tidak bercampur dengan
catatan selain al-Qur’an Nabi SAW. berpesan “jangan kalian tuliskan dariku.
Barang siapa yang menulis sumberku selain al-Qur’an hendaklah menghapusnya.
Ceritakan saja yang berasal dariku, tidak apa-apa. Barang siapa yang berdusta
atas diriku secara sengaja hendaknya ia menepati tempat duduknya di neraka[11]”.
Sahabat tadi mendapatkan kewenangan dari Nabi untuk mengajarkan al-Qur’an
kepada orang lain. Salah satu di antara mereka adalah Mus’ab bin ‘Umair yang
untuk mengajarkan al-Qur’an kepada masyarakat Madinah sebelum kedatangan Nabi
SAW. ketika Nabi pindah ke Madinah, telah banyak sahabat yang hafal al-Qur’an
seperti Zaid bin Tsabit yang hafal 16 surah dalam usia 11 tahun.
Bagi Nabi SAW. dan
para sahabat, ayat al-Qur’an merupakan media yang strategis dalam
memperkenalkan islam. Umar bin Al-Khattab adalah sababat Nabi yang masuk Islam
karena tertegun oleh kandungan bacaan al-Qur’an. Setelah al-Qur’an dijadikan
buku dan tersebar ke seluruh penjuru, maka pengiriman al-Qur’an menjadi boleh.
Nabi tidak merintis proses pembukuan al-Qur’an, mengingat turunnya wahyu
sebelum diketahui. Akhirnya pekerjaan ini menjadi tugas para sahabat setelah
wafatnya Nabi SAW.
B.
Proses Pengumpulan Naskah al-Qur’an
Setelah Nabi SAW. wafat Abu Bakar Al-Shiddiq RA diangkat menjadi
pengganti Nabi. Saat terjadi pemberontakan serta pengakuan musailamah sebagai
nabi baru, Umar bin Al-Khattab RA merasa prihatin dan terdorong untuk
memikirkan kelestarian al-Qur’an. Akhirnya Umar mengusulkan kepada Kholifah Abu
Bakar RA agar membukukan naskah-naskah al-Qur’an yang berserakan di ttangan
masing-masing sahabat. Akhirnya Abu Bakar Al-Shiddiq RA dan Umar bin Al-Khattab
memberi kepercayaan kepada Zaid bin Tsabit sebagai orang yang bertanggung jawab
atas pengumpulan naskah al-Qur’an. Pertimbangan memilih Zaid dari pada sahabat
lain adalah :
1.
Zaid adalah seorang sahabat yang dipromosikan Nabi SAW. sebagai
pakar al-Qur’an.
2.
Akhlaknya yang tidak pernah tercemar menyebabkan Abu Bakar memberi
pengakuan secara khusus.
3.
Kecerdasannya menunjukkan kepentingannya, kompetensi, dan
kesadaran.
4.
Pengalamannya di masa lampau sebagai penulis wahyu.
5.
Zaid adalah salah seorang sahabat yang sempat mendengan bacaan
al-Qur’an malaikat Jibril bersma Nabi Muhammad di bulan Ramadhan.
Kegiatan yang dilakukan Zaid dan para sahabat dalam pengumpulan
naskah al-Qur’an antara lain :
1.
Pemberian kewenangan oleh kepala negara kepada panitia pengumpulan
naskah al-Qur’an
2.
Pemasangan pengumuman untuk menggali dukungan dan keterlibatan.
3.
Pelacakan dan penerimaan naskah dari tangan para sahabat.
4.
Pengadaan dua orang saksi di bawah sumpah pada seiap naskah sebagai
bukti kebenaran dari Nabi SAW.
5.
Pengumpulan naskah dari semua ragam dialeka.
6.
Evaluasi naskah yang terkumpul dengan hafalan.
7.
Melengkapi naskah yang kurang.
8.
Penulisan naskah kembali dari macam maedia ke kertas oleh Zaid
menjadi lembaran-lembaran setelah pengumpulannya yang di anggap sempurna.
C. Proses Penggandaan Buku
Al-Qur’an Standar
Ketika musyawarah
sahabat senior menentukan Utsman bin Affan RA sebagai kholifah. Peperangan di
berbagai daerah terus berlangsung. Di medan peperangan ini, muncul permasalahan
besar, yaitu perselisihan bacaan al-Qur’an dikalangan prajurit. Perselisihan
ini dikhawatirkan akan merusak persatuan. Menanggapi permasalahan ini kholifah
Utsman memeritahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Al-zubair, Sa’id bin Al-ash,
dan Abd Al-Rohman bin Al-Harits din hisyam untuk menyalin lembaran-lembaran
wahyu dalam beberapa buku dengan bahasa Quraisy. Setelah keempat sahabat
tersebut berhasil menyalin lembaran-lembaran al-qur’an dalam beberapa buku
al-qur’an standar, kholifah utsman pun mengembalikan lembaran-lembaran al-Qur’an
kapada Hafshah. Kemudian khalifah Utsman mengirimkan setiap buku al-Qur’an
tersebut ke setiap penjuru daerah dan memerintahkan untuk membakar setiap
lembaran maupun buku al-Qur’an selain buku al-qur’an standar khalifah Utsman.
Pada waktu selanjutnya
diadakan proses pengumpulan ulang catatan-catatan al-Qur’an karena ada satu
ayat yang tertinggal. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan kolosal yang
membutuhkan 12 orang. Akhirnya pekerjaan ini membuahkan satu Buku al-Qur’an
Standar yang kemudian dibandingkan dengan lembaran al-Qur’an yang berada di
Hafshah dan ternyata hasilnya sama. Berikutnya adalah menggandakan Buku al-Qur’an
Standar dan mengirimnya ke berbagai daerah disertai dengan pengirim guru al-qur’an
yang membacakan Buku al-Qur’an Standar kepada masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Al-qur’an mukjizat
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan ditulis di mushaf dan
diriwayatkan secara mutawatir. Membacanya termasuk ibadah. Nama-nama lain
al-qur’an diantaranya : Al-Kitab, Al-furqon, Al-dzikr, Al-mushaf. Al-Qur’an
Al-Karim yang terdiri dari 114 surah dan susunannya ditentukan oleh Allah SWT.
Dengan cara tauqifi, tidak menggunakan metode sebagaimana metode-metode
penyusunan buku-buku ilmiah. Al-Qu’ran diturunkan
oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qu’ran
terdiri dari 30 Juz, 6666 ayat, 114 surah dan diturunkan setahap demi setahap
selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Menurut sejarah turunnya al-qur’an
terbagi menjadi tiga periode.
Sejarah pembukuan dan pembakuan al-qur’an
PERIODE
|
PROSES
|
HASIL
|
Masa pemerintahan khalifah Abu Bakar RA didorong oleh
kekhawatiran hilangnya al-qur’an
|
Pembentukan pemerintahan kecil
|
Lembaran-lembaran al-qur’an (shuhuf) dengan urutan ayat dalam
ragam dialek atau logat
|
Pengumuman di madinah dan sekitarnya
|
||
Penelusuran catatan al-qur’an
|
||
Kesaksian dua orang di bawah sumpah
|
||
Penulisan al-qur’an di lembaran
|
||
Evaluasi: melengkapi surat At-taubah
|
||
Penyimpanan lembaran dikepala negara
|
||
Masa pemerintahan khalifah utsman bin affan RA untuk menghindari
perpecahan umat islam karena beda logat bacaan al-qur’an
|
Pembentukan panitia besar
|
|
Pengumuman keseluruh daerah
|
||
Penelusuran catatan al-qur’an
|
||
Pengumpulan catatan al-qur’an
|
||
Kesaksian dua orang di bawah sumpah
|
||
Penulisan al-qur’an di buku
|
||
Evaluasi melengkapi surat al-ahzab
|
||
Peminjaman lembaran al-qur’an di hafshah
|
||
Pembandingan buku al-qur’an standar dan lembaran al-qur’an
|
||
Penggandaan buku al-qur’an standar
|
||
Pengiriman buku al-qur’an standar ke daerah
|
||
Pengiriman guru al-qur’an
|
||
Pembakaran semua catatan al-qur’an selain buku al-qu’an standar
model khalifah utsman
|
DAFTAR PUSTAKA
1.
Manna’ Khalil Al-Khattan. Mabahis fi Ulumil Qur’an. Jakarta.
PT. Pustaka Litera AntarNusa. 2004
2.
Muchotob Hamzah. Studi Al-Qur’an Komprehensif. Yogyakarta.
Gama Media. 2003.
3.
Acep Hermawan, M.Ag. . ‘Ulumul Qur’an. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya. 2011.
4.
Dr. M. Quraish Shihab, M.A. . Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan
Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung. Mizan. 1994.
5.
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya . Studi Al-Qur’an.
Surabaya. IAIN Sunan Ampel Press. 2012.
[1] Al-Burhan jilid 1, halaman 273
[2] Muchotob Hamzah. Studi Al-Qur’an Komprehensif. Yogyakarta.
Gama Media. 2003. Halaman 3-6
[3] Suhuf yaitu benda-benda yang telah ditulisi dengan ayat-ayat
al-Qur’an.
[4] Mushaf adalah suhuf-suhuf yang telah dikumpulkan dan digabungkan.
[5] Tauqifi adalah tidak boleh seseorangpun membuat buat
[6] Lailatul Qadar atau
Lailat Al-Qadar (bahasa Arab: لَيْلَةِ الْقَدْرِ ) (malam ketetapan) adalah satu
malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al Qur'an digambarkan sebagai malam yang
lebih baik dari seribu bulan
[7] Manna’ Khalil Al-Khattan. Mabahis fi Ulumil Qur’an. Jakarta.
PT. Pustaka Litera AntarNusa. 2004 halaman 13
[8] Dr. M. Quraish Shihab, M.A. . Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan
Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung. Mizan. 1994 halaman 35
[9] Dr. M. Quraish Shihab, M.A. . Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan
Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung. Mizan. 1994 halaman 38
0 komentar:
Post a Comment