+10 344 123 64 77

Thursday, November 20, 2014

HADITS TENTANG KESEHATAN



BAB I
PENDAHULUAN

a.       LATAR BELAKANG
       Islam adalah suatu agama yang mengutamakan kebersihan, yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi pemeluknya. Oleh karna itu kesehatan sangatlah penting bagi kita. Sebagai umat islam kita hendaknya mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kesehaan dalam sudut pandang agama islam, terutama hadist-hadist tentang kesehatan.

b.      PERMASALAHAN
      Dalam kehidupan sehari-hari umat islam tidak seluruhnya mengetahui hadist-hadist yang berhubungan dengan kesehatan, dalam kesehariannya umat islam kebanyakan lebih mengetahui perihal kesehatan dalam ruang lingkup medis/kimiawi saja.

c.       TUJUAN
      Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan tentang kesehatan berserta hadist-hadist yang berkaitan dengan kesehatan dalam perspektif agama islam dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Kesehatan Dalam Perspektif

Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang bersifat komprehensif1, harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah perihal perspektif Islam dalam mengajarkan kesehatan bagi individu maupun masyarakat.
“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia'' demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah berfirman:
''Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman'' (QS:Yunus 57).
Sehat menurut batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rokhani, dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan.
                        Hadits tentang mukmin yang kuat lebih baik daripada mukmin yang lemah :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَ ةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِى كُلِّ خَيْرٌ  احْرِصْ عَلَى مَايَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ اَصَابَكَ شَيْئٌ  فَلَاتَقُلْ لَوْ أَنِّى، فَعَلْتُ كَانَ كَذَاوَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ  لَوْ تَفْتَحُ كتاب القدر)عَمَلَ الشَّيْطَانِ (اخرجه مسلم فى
               Artinya:
Dari abi Hurairah ia berkata, kata Rasulullah: seorang mu'min yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mu'min yang lemah dalam hal kebaikan. Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlah pertolongan allah dan jangan lemah semangat ( patah hati ) jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata "oh "andai kata tadinya aku melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu". Tetapi katakanlah "ini takdir Allah dan apa yang dikehendakinya pasti dikerjakannya". Ketahuilah bahwa sesungguhnya ucapan "andai kata" dan "jikalau"  itu membuka peluang bagi setan."[1] (Dikeluarkan muslim dalam kitab Qadar)       

B.     Beberapa Hadist yang berkaitan dengan kesehatan

1)      Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

2)      Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3)      Dari Usamah bin Syarik radhiallahu‘anhu, bahwa beliau berkata:

       Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)

4)      Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

     “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri menshahihkan hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma’ad, 4/12-13).

5)      Penegasan Rasulullahu’alaihi wa sallam dalam sabdanya:

“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu ‘anhu).
6)      Dari ‘Auf bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata:
“Dahulu kami meruqyah di masa jahiliyyah. Lalu kami bertanya: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang hal itu?’ Beliau menjawab: ‘Tunjukkan kepadaku ruqyah-ruqyah kalian. Ruqyah-ruqyah itu tidak mengapa selama tidak mengandung syirik’.” (HR. Muslim no. 2200)

7)      Hadits yang diriwayatkan oleh Jabir radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa di antara kalian yang mampu memberi kemanfaatan bagi saudaranya maka hendaknya dia lakukan.”

8)      Hadist diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Beliau berkata;
“Dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al-Mu’awwidzaat dan meniupkannya dengan sedikit meludah atas diri beliau di masa sakit beliau yang membawa kepada kematiannya. Tatkala beliau merasa semakin parah, aku yang membacakan Al-Mu’awwidzaat dan meniupkannya atas beliau. Aku usapkan bacaan itu dan tiupan (ludah)nya dengan tangan beliau sendiri. Hal ini karena keberkahan tangan beliau.” (HR. Al-Bukhari).

9)      Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Jibril ‘alaihissalam pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jibril bertanya: “Wahai Muhammad, apakah engkau mengeluhkan rasa sakit?” Nabi menjawab: “Iya.” Maka Jibril membacakan:

“Dengan nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu dan keburukan setiap jiwa atau sorotan mata yang dengki. Semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu.” (HR. Muslim).

10)   ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata: “Dahulu bila salah seorang dari kami mengeluhkan rasa sakit maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusapnya dengan tangan kanan beliau dan membaca:

 “Ya Allah, Rabb sekalian manusia, yang menghilangkan segala petaka, sembuhkanlah, Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tak ada yang bisa menyembuhkan kecuali Engkau, sebuah kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Al-Bukhari).

11)   Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa beliau berkata: “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meruqyah dengan membaca:

“Hapuslah petakanya, wahai Rabb sekalian manusia. Di tangan-Mu seluruh penyembuhan, tak ada yang menyingkap untuknya kecuali Engkau.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

12)   Dari Abu Al-‘Ash Ats-Tsaqafi radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau mengeluhkan sakit yang dirasakannya di tubuhnya semenjak masuk Islam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya :

“Letakkanlah tanganmu pada tempat yang sakit dari tubuhmu dan ucapkanlah, ‘Bismillah (Dengan nama Allah)’ sebanyak tiga kali. Lalu ucapkanlah:

“Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari keburukan sesuatu yang kurasakan dan kuhindarkan,’ sebanyak tujuh kali.” (HR. Muslim).

13)   Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda:

 “Barangsiapa mengunjungi orang sakit selama belum datang ajalnya, lalu dia bacakan di sisinya sebanyak tujuh kali:

 “Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Pemilik ‘Arsy yang besar, semoga menyembuhkanmu,’ niscaya Allah akan menyembuhkannya dari penyakit itu.” (HR. Abu Dawud, At-Turmudzi, dan dihasankan oleh Al-Hafizh dalam Takhrij Al-Adzkar).

14)   Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengunjungiku (ketika aku sakit) dan beliau membaca :

“Ya Allah, sembuhkanlah Sa’d Ya Allah, sembuhkanlah Sa’d. Ya Allah, sembuhkanlah Sa’d.”(HR. Muslim).

C.     Beberapa Contoh Pengobatan Nabawi ( Pengobatan Dalam Islam Pada Zaman Rasullulah SAW )

1.      Pengobatan dengan meminum madu.
       
 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang madu yang keluar dari perut lebah:
         
“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (An-Nahl:69).
Madu dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di antaranya untuk mengobati sakit perut, seperti ditunjukkan dalam hadits berikut ini:
“Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata: ‘Saudaraku mengeluhkan sakit pada perutnya.’ Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Kemudian orang itu datang untuk kedua kalinya, Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Orang itu datang lagi pada kali yang ketiga, Nabi tetap berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Setelah itu, orang itu datang lagi dan menyatakan: ‘Aku telah melakukannya (namun belum sembuh juga malah bertambah mencret).’ Nabi bersabda: ‘Allah Maha benar dan perut saudaramu itu dusta. Minumkan lagi madu.’ Orang itu meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh.” (HR. Al-Bukhari no. 5684 dan Muslim no. 5731).

2.      Pengobatan dengan habbah sauda` (jintan hitam)
      
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
     
“Sesungguhnya habbah sauda` ini merupakan obat dari semua penyakit, kecuali dari penyakit as-samu”. Aku (yakni`Aisyah radhiallahu 'anha) bertanya: “Apakah as-samu itu?” Beliau menjawab: “Kematian.” (HR. Al-Bukhari no. 5687 dan Muslim no. 5727).
Jinten hitam atau al Habbah as Sauda ini dikenal juga sebagai Syuwainiz dalam bahasa Persia, disebut juga Kammun hitam atau Kammun India, disebut juga dengan biji al Barakah. Dari biji ini bisa dibuat minyak yang berkhasiat mengobati batuk, membantu pencernaan, menghilangkan masuk angin dan sejenisnya. Namun saat ini, biasanya jinten hitam ini dikonsumsi dalam bentuk pil. Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah berkata, “Jinten hitam memiliki banyak sekali khasiat. Arti sabda Nabi, ‘obat dari segala jenis penyakit’, seperti firman Allah, ‘Menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabb-nya’, yakni segala sesuatu yang bisa hancur. Banyak lagi ungkapan-ungkapan sejenis. Jinten hitam memang berkkhasiat mengobati segala jenis penyakit dingin, bisa juga membantu kesembuhan berbagai penyakit panas karena faktor temporal” (Metode Pengobatan Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, hal. 365)

3.      Pengobatan dengan meminum susu dan air kencing unta

Anas radhiallahu 'anhu menceritakan: “Ada sekelompok orang ‘Urainah dari penduduk Hijaz menderita sakit (karena kelaparan atau keletihan). Mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah, berilah tempat kepada kami dan berilah kami makan.’ Ketika telah sehat, mereka berkata: ‘Sesungguhnya udara kota Madinah tidak cocok bagi kami (hingga kami menderita sakit).’ Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menempatkan mereka di Harrah, di dekat tempat pemeliharaan unta-unta beliau (yang berjumlah 3-30 ekor).
Beliau berkata: ‘Minumlah dari susu dan kencing unta-unta itu.’9
Tatkala mereka telah sehat, mereka justru membunuh penggembala unta-unta Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (setelah sebelumnya mereka mencungkil matanya) dan menggiring unta-unta tersebut (dalam keadaan mereka juga murtad dari Islam). Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengirim utusan untuk mengejar mereka, hingga mereka tertangkap dan diberi hukuman dengan dipotong tangan dan kaki-kaki mereka serta dicungkil mata mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 5685, 5686 dan Muslim no. 4329).

4.      Pengobatan dengan berbekam (hijamah)
     
Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma mengabarkan:
    
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbekam pada bagian kepalanya dalam keadaan beliau sebagai muhrim (orang yang berihram) karena sakit pada sebagian kepalanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5701)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

“Obat/kesembuhan itu (antara lain) dalam tiga (cara pengobatan): minum madu, berbekam dan dengan kay, namun aku melarang umatku dari kay.” (HR.Al-Bukhari.No.5680).
D.    Hadits Tentang Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Sehari-hari

·      Hadits tentang perintah bersikat gigi.

عَنْ أَبِى أُمَامَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَسَوَّكُوْا فَإِنَّ السِّوَاكَ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ مَا جَاءَنِى جِبْرِيْلُ إِلا أَوْصَانِي بِالسِّوَاكِ حَتَّى لَقَدْ خَشِيْتُ أَنْ يُفْرَضَ عَلَيَّ وَعَلَى أُمَّتِى وَلَوْلَا أَنِّى أَخَافُ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى لَفَرَضْتُهُ لَهُمْ (أخرجه ابن ماجه فى كتاب الطهارة وسننها) وفى رواية لدارمى عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى لَاَمَرْتَهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ (اخرجه الدارمي فى كتابه الطهارة)
                
                 Artinya:
                
" Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah SAW bersabda " bersiwaklah kamu sesungguhnya hal itu dapat membersihkan mulut dan menyebabkan di ridho Allah. Tidak pernah Jibril datang ke padaku kecuali dia menyuruhku bersiwak sampai-sampai aku takut diwajibkan atasku  dan umatku, dan jika aku tidak takut akan memberatkan umatku. Maka diwajibkan atas  mereka "(Dikeluarkan oleh ibnu Majah dalam kitab Thoharoh dan sunnahnya). Dan dalam riwayat Dairomi dari Abu Hurairah bahwasanya rasulullah bersabda "jika aku tidak takut akan memberatkan umatku pasti aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap hendak sholat.(Dikeluarkan Dairomi dalam kitab thoharoh)[2]

Sesungguhnya siwak membuat mulut bersih dan membuat Allah ridho. Penelitian laboratorium atas batang pohon ara (siwak) membuktikan bahwa ia mengandung sejumlah komposisi kimia yang dapat menjaga gigi dari gangguan kerapuhan dan kebusukan, dan merawat gusi dari peradangan, misalnya asam acrid. Juga komposisi kimia lainnya seperti minyak lada (mustard) dan gula anggur yang mempunyai aroma menyengat dan rasa menggigit. Dua komposisi kimia ini memiliki kemampuan luar biasa untuk membinasakan kuman-kuman mulut. Komposisi kimia lain yang terkandung dalam batang ara (siwak) adalah zat volatile, zat gula getah, mineral, bulu-bulu alamiah dari serat-serat nabati yang mengandung karbonat sodium yang merupakan zat yang biasa digunakan untuk membuat pasta gigi.[3]
Salah satu petunjuk Nabi Muhammad SAW. dalam konteks ini adalah imbauan menggunakan siwak untuk setiap kali hendah sholat ( lima kali dalam sehari). Siwak adalah batang semak (pohon kecil) yang biasa dikenakan dengan istilah “ara”. Namun siwak juga dapat dibuat dari batang kayu dari pohon-pohon kecil seperti kayu zaitun liar atau pohon sambur. Siwak yang paling baik kualitasnya adalah siwak yang dibuat dari akar-akar pohon ara. Sedangkan siwak yang dibuat dari cabang-cabang pohon ara kualitasnya lebih rendah.
Siwak utamanya dilakukan pada saat :
a.         Akan melaksanakan ibadah shalat
b.        Waktu wudhu
c.         Akan membaca al-Qur’an
d.        Bangun tidur
e.         Berubah bau mulut (karena tidak makan dan minum, makan makanan yang berbau, lama tidak berbicara dan banyak berbicara).[4]

·         Hadits tentang lima macam fitrah manusia.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَ ةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ سَمِعْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اَلْفِطْرَةُ خَمْسٌ اَلْخِتَانُ وَالْاِسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيْمُ الْاَظْفَارِ وَنَتْفُ الْاَبَاطِ (اخرجه البخارى فى كتاب اللباس)
                            Artinya:
"Dari Abu Hurairah ra, saya mendengar Nabi SAW. Bersabda: "Fitrah itu ada lima, khitan, memotong rambut di bawah perut, mencukur kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak".

Nabi menerangkan, bahwa urusan-urusan yang berdasarkan fitrah manusia itu ada lima hal. Beberapa ulama berbeda pendapat tentang makna fitrah:
1.        Abu Sulaiman Al-Khathaby berkata: “Kebanyakan ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan fitrah ialah sunnah.” Begitu juga diterangkan oleh segolongan ulama. Mereka berkata: “Makna lima hal dari fitrah ialah lima hal dari sunnah-sunnah Nabi.”
2.        Ibnu Daqiqil berkata: “Berkatalah Abu Abdullah Muhammad ibn Ja’far At Tamimy yang terkenal dengan nama Al Qazzaz dalam kitab tafsir Gharib Shahih Al-Bukhary, fitrah dalam bahasa Arab dipakai dalam beberapa arti:
a.    Menciptakan, seperti dalam perkataan “fatharallahul khalqa fithratan = Allah menciptakan makhluk-Nya.”
b.    Tabiat asal kejadian manusia, Nabi saw bersabda: “kullu mauludin yuladu ‘alal fithrati = setiap anak yang dilahirkan, dilahirkan atas fitrah (tabiat yang suci).”
c.    Zakatul fithri.

BAB II 
PENUTUP
KESIMPULAN

        Mengikuti jejak Rosulullah Muhammad SAW, merupakan suatu keharusan bagi umat Islam. Termasuk mewarisi metodologi pengobatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Pengobatan yang dilakukan Rosulullah menggunakan tiga cara, yaitu melalui do’a atau pengobatan dengan menggunakan wahyu-wahyu Ilahi yang lebih dikenal dengan istilah do’a-do’a ma-tsur yang datang dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW yang shahih. Kedua menggunakan obat-obat tradisional baik dari tanaman maupun hewan. Dan ketiga adalah menggunakan kombinasi dari kedua metode tersebut. Allah berfirman:
”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman” (QS:Yunus 57).
Kemudian dalam penegasan Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam;
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu ‘anhu).
Dalam sebuah hadist disebutkan “Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat yaitu madu dan Al Qur’an”. Dari hadist tersebut madu merupakan lambang atau perwakilan dari obat-obat tradisional yang ada di bumi dan kita sebagai manusia yang diberikan akal sehat harus dapat menggali obat-obat tradisional yang banyak terdapat di muka bumi ini, bahkan letaknya tidak jauh dari sekitar kehidupan kita.









DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Terjemah Lengkap Bulughul Maram, Jakarta: Media Eka Sarana,2009.
An-Najjar, Zaghlul, Sains dalam Hadits, Jakarta : Sinar Gafika Offset, 2011.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad. Mutiara, hlm.37.
Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi, Mutiara Hadits 2 Thaharah & Shalat,   (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2005)







[1] Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemah Lengkap Bulughul Maram, (Jakarta: Media Eka Sarana,2009) hlm. 698.

[2] Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Mutiara, hlm.37.
[3] Zaghlul An-Najjar,Pembuktian Sains Dalam Sunah(Buku 1),Hlm.163.
[4] Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Mutiara, halm. 39

0 komentar:

Post a Comment