BAB I
PENDAHULUAN
a.
LATAR
BELAKANG
Islam adalah
suatu agama yang mengutamakan kebersihan, yang bertujuan untuk mewujudkan
kesehatan bagi pemeluknya. Oleh karna itu kesehatan sangatlah penting bagi
kita. Sebagai umat islam kita hendaknya mengetahui hal-hal yang berhubungan
dengan kesehaan dalam sudut pandang agama islam, terutama hadist-hadist tentang
kesehatan.
b.
PERMASALAHAN
Dalam kehidupan
sehari-hari umat islam tidak seluruhnya mengetahui hadist-hadist yang
berhubungan dengan kesehatan, dalam kesehariannya umat islam kebanyakan lebih
mengetahui perihal kesehatan dalam ruang lingkup medis/kimiawi saja.
c.
TUJUAN
Tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan tentang kesehatan berserta
hadist-hadist yang berkaitan dengan kesehatan dalam perspektif agama islam dan
diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Kesehatan
Dalam Perspektif
Islam
memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam
sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang
Khalik-nya dan alam syurga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang
bersifat komprehensif1, harmonis, jelas dan logis. Salah satu kelebihan Islam
yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah perihal perspektif Islam dalam
mengajarkan kesehatan bagi individu maupun masyarakat.
“Kesehatan
merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia'' demikian sabda Nabi Muhammad SAW.
Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah
manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan
menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah
perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah berfirman:
''Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman'' (QS:Yunus 57).
Sehat
menurut batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat
adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rokhani, dan
sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan.
Hadits tentang
mukmin yang kuat lebih baik daripada mukmin yang lemah :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَ ةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ
وَفِى كُلِّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَايَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ
بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ اَصَابَكَ شَيْئٌ فَلَاتَقُلْ
لَوْ أَنِّى، فَعَلْتُ كَانَ كَذَاوَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ
فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ
كتاب القدر)عَمَلَ الشَّيْطَانِ (اخرجه مسلم فى
Artinya:
Dari abi Hurairah ia berkata, kata Rasulullah: seorang mu'min yang kuat
lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mu'min yang lemah dalam hal
kebaikan. Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlah pertolongan
allah dan jangan lemah semangat ( patah hati ) jika ditimpa suatu musibah
janganlah berkata "oh "andai kata tadinya aku melakukan itu tentu
berakibat begini dan begitu". Tetapi katakanlah "ini takdir Allah dan
apa yang dikehendakinya pasti dikerjakannya". Ketahuilah bahwa
sesungguhnya ucapan "andai kata" dan "jikalau" itu
membuka peluang bagi setan."[1]
(Dikeluarkan muslim dalam kitab Qadar)
B.
Beberapa
Hadist yang berkaitan dengan kesehatan
1)
Dari Jabir
bin ‘Abdullah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Setiap
penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka
dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
2)
Dari Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah
Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
3)
Dari Usamah
bin Syarik radhiallahu‘anhu, bahwa beliau berkata:
Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu
datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah
kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan
meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa
itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul
Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini
hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam
kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)
4)
Dari Ibnu
Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menurunkan sebuah penyakit
melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa
mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.”
(HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau menshahihkannya dan disepakati
oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri menshahihkan hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat
takhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma’ad, 4/12-13).
5)
Penegasan
Rasulullahu’alaihi wa sallam dalam sabdanya:
“Sesungguhnya
Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan
bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat
dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu ‘anhu).
6)
Dari ‘Auf
bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata:
“Dahulu kami
meruqyah di masa jahiliyyah. Lalu kami bertanya: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana
pendapatmu tentang hal itu?’ Beliau menjawab: ‘Tunjukkan kepadaku ruqyah-ruqyah
kalian. Ruqyah-ruqyah itu tidak mengapa selama tidak mengandung syirik’.” (HR.
Muslim no. 2200)
7)
Hadits yang
diriwayatkan oleh Jabir radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
“Barangsiapa
di antara kalian yang mampu memberi kemanfaatan bagi saudaranya maka hendaknya
dia lakukan.”
8)
Hadist
diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Beliau berkata;
“Dahulu Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al-Mu’awwidzaat dan meniupkannya dengan
sedikit meludah atas diri beliau di masa sakit beliau yang membawa kepada
kematiannya. Tatkala beliau merasa semakin parah, aku yang membacakan
Al-Mu’awwidzaat dan meniupkannya atas beliau. Aku usapkan bacaan itu dan tiupan
(ludah)nya dengan tangan beliau sendiri. Hal ini karena keberkahan tangan
beliau.” (HR. Al-Bukhari).
9)
Abu Sa’id
Al-Khudri radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Jibril ‘alaihissalam pernah
mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jibril bertanya: “Wahai
Muhammad, apakah engkau mengeluhkan rasa sakit?” Nabi menjawab: “Iya.” Maka
Jibril membacakan:
“Dengan nama
Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu dan keburukan
setiap jiwa atau sorotan mata yang dengki. Semoga Allah menyembuhkanmu, dengan
nama Allah aku meruqyahmu.” (HR. Muslim).
10) ‘Aisyah radhiallahu
‘anha, beliau berkata: “Dahulu bila salah seorang dari kami mengeluhkan rasa
sakit maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusapnya dengan tangan kanan
beliau dan membaca:
“Ya Allah, Rabb sekalian manusia, yang
menghilangkan segala petaka, sembuhkanlah, Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tak
ada yang bisa menyembuhkan kecuali Engkau, sebuah kesembuhan yang tidak
meninggalkan penyakit.” (HR. Al-Bukhari).
11) Dari ‘Aisyah
radhiallahu ‘anha, bahwa beliau berkata: “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam meruqyah dengan membaca:
“Hapuslah
petakanya, wahai Rabb sekalian manusia. Di tangan-Mu seluruh penyembuhan, tak
ada yang menyingkap untuknya kecuali Engkau.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
12) Dari Abu
Al-‘Ash Ats-Tsaqafi radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau mengeluhkan sakit yang
dirasakannya di tubuhnya semenjak masuk Islam kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya
:
“Letakkanlah
tanganmu pada tempat yang sakit dari tubuhmu dan ucapkanlah, ‘Bismillah (Dengan
nama Allah)’ sebanyak tiga kali. Lalu ucapkanlah:
“Aku
berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari keburukan sesuatu yang kurasakan
dan kuhindarkan,’ sebanyak tujuh kali.” (HR. Muslim).
13) Dari ‘Abdullah
bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa
beliau bersabda:
“Barangsiapa mengunjungi orang sakit selama
belum datang ajalnya, lalu dia bacakan di sisinya sebanyak tujuh kali:
“Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung,
Pemilik ‘Arsy yang besar, semoga menyembuhkanmu,’ niscaya Allah akan
menyembuhkannya dari penyakit itu.” (HR. Abu Dawud, At-Turmudzi, dan dihasankan
oleh Al-Hafizh dalam Takhrij Al-Adzkar).
14) Dari Sa’d bin
Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengunjungiku (ketika aku sakit) dan beliau membaca :
“Ya Allah,
sembuhkanlah Sa’d Ya Allah, sembuhkanlah Sa’d. Ya Allah, sembuhkanlah
Sa’d.”(HR. Muslim).
C.
Beberapa
Contoh Pengobatan Nabawi ( Pengobatan Dalam Islam Pada Zaman Rasullulah SAW )
1.
Pengobatan
dengan meminum madu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang
madu yang keluar dari perut lebah:
“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia.” (An-Nahl:69).
Madu dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis
penyakit dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di antaranya untuk mengobati
sakit perut, seperti ditunjukkan dalam hadits berikut ini:
“Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam, ia berkata: ‘Saudaraku mengeluhkan sakit pada perutnya.’ Nabi berkata:
‘Minumkan ia madu.’ Kemudian orang itu datang untuk kedua kalinya, Nabi
berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Orang itu datang lagi pada kali yang ketiga, Nabi
tetap berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Setelah itu, orang itu datang lagi dan
menyatakan: ‘Aku telah melakukannya (namun belum sembuh juga malah bertambah
mencret).’ Nabi bersabda: ‘Allah Maha benar dan perut saudaramu itu dusta.
Minumkan lagi madu.’ Orang itu meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh.”
(HR. Al-Bukhari no. 5684 dan Muslim no. 5731).
2.
Pengobatan
dengan habbah sauda` (jintan hitam)
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya habbah sauda` ini merupakan obat dari
semua penyakit, kecuali dari penyakit as-samu”. Aku (yakni`Aisyah radhiallahu
'anha) bertanya: “Apakah as-samu itu?” Beliau menjawab: “Kematian.” (HR.
Al-Bukhari no. 5687 dan Muslim no. 5727).
Jinten hitam atau al Habbah as Sauda ini dikenal juga
sebagai Syuwainiz dalam bahasa Persia, disebut juga Kammun hitam atau Kammun
India, disebut juga dengan biji al Barakah. Dari biji ini bisa dibuat minyak
yang berkhasiat mengobati batuk, membantu pencernaan, menghilangkan masuk angin
dan sejenisnya. Namun saat ini, biasanya jinten hitam ini dikonsumsi dalam
bentuk pil. Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah berkata, “Jinten hitam memiliki banyak
sekali khasiat. Arti sabda Nabi, ‘obat dari segala jenis penyakit’, seperti firman
Allah, ‘Menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabb-nya’, yakni segala
sesuatu yang bisa hancur. Banyak lagi ungkapan-ungkapan sejenis. Jinten hitam
memang berkkhasiat mengobati segala jenis penyakit dingin, bisa juga membantu
kesembuhan berbagai penyakit panas karena faktor temporal” (Metode Pengobatan
Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, hal. 365)
3.
Pengobatan
dengan meminum susu dan air kencing unta
Anas radhiallahu 'anhu menceritakan: “Ada sekelompok
orang ‘Urainah dari penduduk Hijaz menderita sakit (karena kelaparan atau
keletihan). Mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah, berilah tempat kepada kami dan
berilah kami makan.’ Ketika telah sehat, mereka berkata: ‘Sesungguhnya udara
kota Madinah tidak cocok bagi kami (hingga kami menderita sakit).’ Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menempatkan mereka di Harrah, di dekat tempat
pemeliharaan unta-unta beliau (yang berjumlah 3-30 ekor).
Beliau berkata: ‘Minumlah dari susu dan kencing
unta-unta itu.’9
Tatkala mereka telah sehat, mereka justru membunuh penggembala unta-unta Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (setelah sebelumnya mereka mencungkil matanya) dan menggiring unta-unta tersebut (dalam keadaan mereka juga murtad dari Islam). Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengirim utusan untuk mengejar mereka, hingga mereka tertangkap dan diberi hukuman dengan dipotong tangan dan kaki-kaki mereka serta dicungkil mata mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 5685, 5686 dan Muslim no. 4329).
Tatkala mereka telah sehat, mereka justru membunuh penggembala unta-unta Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (setelah sebelumnya mereka mencungkil matanya) dan menggiring unta-unta tersebut (dalam keadaan mereka juga murtad dari Islam). Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pun mengirim utusan untuk mengejar mereka, hingga mereka tertangkap dan diberi hukuman dengan dipotong tangan dan kaki-kaki mereka serta dicungkil mata mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 5685, 5686 dan Muslim no. 4329).
4.
Pengobatan
dengan berbekam (hijamah)
Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma mengabarkan:
“Sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbekam pada bagian kepalanya dalam
keadaan beliau sebagai muhrim (orang yang berihram) karena sakit pada sebagian
kepalanya.” (HR. Al-Bukhari no. 5701)
Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:
“Obat/kesembuhan itu (antara lain)
dalam tiga (cara pengobatan): minum madu, berbekam dan dengan kay, namun aku
melarang umatku dari kay.” (HR.Al-Bukhari.No.5680).
D. Hadits Tentang
Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Sehari-hari
·
Hadits tentang perintah bersikat gigi.
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ تَسَوَّكُوْا فَإِنَّ السِّوَاكَ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
مَا جَاءَنِى جِبْرِيْلُ إِلا أَوْصَانِي بِالسِّوَاكِ حَتَّى لَقَدْ خَشِيْتُ
أَنْ يُفْرَضَ عَلَيَّ وَعَلَى أُمَّتِى وَلَوْلَا أَنِّى أَخَافُ أَنْ أَشُقَّ
عَلَى أُمَّتِى لَفَرَضْتُهُ لَهُمْ (أخرجه ابن ماجه فى كتاب الطهارة وسننها) وفى
رواية لدارمى عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى لَاَمَرْتَهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ
كُلِّ صَلَاةٍ (اخرجه الدارمي فى كتابه الطهارة)
Artinya:
" Dari Abi Umamah
bahwa Rasulullah SAW bersabda " bersiwaklah kamu sesungguhnya hal itu
dapat membersihkan mulut dan menyebabkan di ridho Allah. Tidak pernah Jibril
datang ke padaku kecuali dia menyuruhku bersiwak sampai-sampai aku takut
diwajibkan atasku dan umatku, dan jika aku tidak takut akan memberatkan
umatku. Maka diwajibkan atas mereka "(Dikeluarkan oleh ibnu Majah
dalam kitab Thoharoh dan sunnahnya). Dan dalam riwayat Dairomi dari Abu
Hurairah bahwasanya rasulullah bersabda "jika aku tidak takut akan
memberatkan umatku pasti aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap hendak
sholat.(Dikeluarkan Dairomi dalam kitab thoharoh)[2]
Sesungguhnya siwak membuat mulut bersih dan membuat Allah ridho. Penelitian laboratorium atas batang
pohon ara (siwak) membuktikan bahwa ia mengandung sejumlah komposisi kimia yang
dapat menjaga gigi dari gangguan kerapuhan dan kebusukan, dan merawat gusi dari
peradangan, misalnya asam acrid. Juga komposisi kimia lainnya seperti minyak
lada (mustard) dan gula anggur yang mempunyai aroma menyengat dan rasa
menggigit. Dua komposisi kimia ini memiliki kemampuan luar biasa untuk membinasakan
kuman-kuman mulut. Komposisi kimia lain yang terkandung dalam batang ara
(siwak) adalah zat volatile, zat gula getah, mineral, bulu-bulu alamiah dari
serat-serat nabati yang mengandung karbonat sodium yang merupakan zat yang
biasa digunakan untuk membuat pasta gigi.[3]
Salah satu petunjuk Nabi Muhammad SAW. dalam konteks
ini adalah imbauan menggunakan siwak untuk setiap kali hendah sholat ( lima
kali dalam sehari). Siwak adalah batang semak
(pohon kecil) yang biasa dikenakan dengan istilah “ara”. Namun siwak juga dapat
dibuat dari batang kayu dari pohon-pohon kecil seperti kayu zaitun liar atau
pohon sambur. Siwak yang paling baik kualitasnya adalah siwak yang dibuat dari
akar-akar pohon ara. Sedangkan siwak yang dibuat dari cabang-cabang pohon ara kualitasnya
lebih rendah.
Siwak utamanya dilakukan pada saat :
a.
Akan melaksanakan ibadah shalat
b.
Waktu wudhu
c.
Akan membaca al-Qur’an
d.
Bangun tidur
e.
Berubah bau mulut (karena tidak makan dan minum, makan makanan yang berbau,
lama tidak berbicara dan banyak berbicara).[4]
·
Hadits tentang lima macam fitrah manusia.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَ ةَ
رَضِىَ اللهُ عَنْهُ سَمِعْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُوْلُ اَلْفِطْرَةُ خَمْسٌ اَلْخِتَانُ وَالْاِسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ
وَتَقْلِيْمُ الْاَظْفَارِ وَنَتْفُ الْاَبَاطِ (اخرجه البخارى فى كتاب اللباس)
Artinya:
"Dari Abu Hurairah
ra, saya mendengar Nabi SAW. Bersabda: "Fitrah itu ada lima, khitan,
memotong rambut di bawah perut, mencukur kumis, memotong kuku dan mencabut bulu
ketiak".
Nabi menerangkan, bahwa urusan-urusan yang berdasarkan
fitrah manusia itu ada lima hal. Beberapa ulama berbeda pendapat tentang makna
fitrah:
1.
Abu Sulaiman
Al-Khathaby berkata: “Kebanyakan ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan
fitrah ialah sunnah.” Begitu juga diterangkan oleh segolongan ulama. Mereka
berkata: “Makna lima hal dari fitrah ialah lima hal dari sunnah-sunnah Nabi.”
2.
Ibnu Daqiqil
berkata: “Berkatalah Abu Abdullah Muhammad ibn Ja’far At Tamimy yang terkenal
dengan nama Al Qazzaz dalam kitab tafsir Gharib Shahih Al-Bukhary, fitrah dalam
bahasa Arab dipakai dalam beberapa arti:
a.
Menciptakan,
seperti dalam perkataan “fatharallahul
khalqa fithratan = Allah menciptakan makhluk-Nya.”
b.
Tabiat asal
kejadian manusia, Nabi saw bersabda: “kullu
mauludin yuladu ‘alal fithrati = setiap anak yang dilahirkan, dilahirkan
atas fitrah (tabiat yang suci).”
c. Zakatul fithri.
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
Mengikuti jejak Rosulullah Muhammad SAW, merupakan suatu keharusan bagi umat
Islam. Termasuk mewarisi metodologi pengobatan yang dilakukan Nabi Muhammad
SAW. Pengobatan yang dilakukan Rosulullah menggunakan tiga cara, yaitu melalui
do’a atau pengobatan dengan menggunakan wahyu-wahyu Ilahi yang lebih dikenal
dengan istilah do’a-do’a ma-tsur yang datang dari Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW
yang shahih. Kedua menggunakan obat-obat tradisional baik dari tanaman maupun
hewan. Dan ketiga adalah menggunakan kombinasi dari kedua metode tersebut. Allah
berfirman:
”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman”
(QS:Yunus 57).
Kemudian dalam penegasan Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam;
Kemudian dalam penegasan Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam;
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan
obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka
berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari
Abud Darda` radhiallahu ‘anhu).
Dalam sebuah hadist disebutkan “Hendaknya kalian
menggunakan dua macam obat yaitu madu dan Al Qur’an”. Dari hadist tersebut madu
merupakan lambang atau perwakilan dari obat-obat tradisional yang ada di bumi
dan kita sebagai manusia yang diberikan akal sehat harus dapat menggali
obat-obat tradisional yang banyak terdapat di muka bumi ini, bahkan letaknya
tidak jauh dari sekitar kehidupan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqalani,
Ibnu Hajar. Terjemah Lengkap Bulughul
Maram, Jakarta: Media Eka Sarana,2009.
An-Najjar, Zaghlul, Sains dalam
Hadits, Jakarta : Sinar Gafika Offset, 2011.
Hasbi
Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad. Mutiara, hlm.37.
Ash-Shiddieqy,
Tengku Muhammad Hasbi, Mutiara Hadits 2 Thaharah & Shalat, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2005)
0 komentar:
Post a Comment