BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Motivasi merupakan keinginan, hasrat motor penggerak dalam diri manusia,
motivasi berhubungan dengan faktor psikologi manusia yang mencerminkan antara
sikap, kebutuhan, dan kepuasan yang terjadi pada diri manusia sedangkan daya
dorong yang diluar diri seseorang ditimbulkan oleh pimpinan. Motivasi
mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau
bekerjasama secara produktif sehingga dapat mencapai dan mewujudkan tujuan
perusahaan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah
hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia supaya mau
bekerja sama secara giat sehingga mencapai hasil yang optimal. Suatu perusahaan
dapat berkembang.dengan.baik.dan.mampu.mencapai.tujuannya,.karena.didasari....dengan
motivasi..
Kesuksesan adalah impian setiap orang. Untuk mencapai kesuksesan tersebut,
pasti diperlukan suatu motivasi untuk sukses yang kuat. Motivasi sukses yang
kuat bisa kita ambil dari kisah kesuksesan orang lain. Dengan kisah-kisah
sukses seseorang, maka kita bisa mengambil pelajaran dan motivasi penting yang
dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita.
Beberapa orang sukses mengatakan bahwa motivasi yang kuat adalah sumber
utama kesuksesan mereka. Namun tidak mudah untuk bisa memupuk motivasi itu
dalam – dalam di dalam diri kita. Diperlukan suatu “makanan” tambahan yang
terus menerus dan berkesinambungan. “Makanan” tambahan itu yaitu kisah sukses
dan inspiratif orang lain yang akan semakin memperkuat motivasi dan kepercayaan
diri kita.
Dengan membaca dan mengambil hikmah dari kisah sukses dan inspiratif orang
lain, maka kita tidak akan kesulitan dalam membangun dan menanamkan motivasi
untuk sukses yang kuat dalam diri kita.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Motivasi dijadikan sebagai dasar perilaku
manusia?
2.
Bagaimana hubungan antara motivasi dengan emosi?
3.
Bagaimana hubungan antara motivasi, belajar, dan minat?
4.
Bagaimana proses terjadinya konflik dan frustasi?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Agar mampu memahami motivasi sebagai dasar perilaku
manusia.
2.
Agar mampu memahami perbedaan antara motivasi, emosi,
belajar, dan minat serta hubungannya.
3.
Agar mampu memahami bagaimana terjadinya konflik dan
frustasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Motivasi Sebagai
Pendorong perilaku
a) Motif
Motif
ialah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan
orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu.
Guna
serta fungsi motif ialah:
· Motif
itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif berfungsi sebagai
penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang
untuk melakukan suatu tugas.
· Motif
itu menentukan arah perbuatan. Yakni kearah perwujudan suatu atau cita-cita.
· Motif
itu penyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang
harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan
perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Misalnya, seorang yang
benar-benar ingin mencapai gelarnya sebagai sarjana, tidak akan
menghambur-hamburkan waktunya dengan berfoya-foya atau bermain kartu, sebab
perbuatan itu tidak cocok dengan tujuan.
Dalam
percakapan sehari-hari motif itu dinyatakan dengan berbagai kata, seperti:
hasrat, maksud, minat, tekad, kemauan, dorongan, kebutuhan, kehendak,
cita-cita, kehausan, dan sebagainya.[1]
b) Motivasi
Motivasi adalah “pendorongan” yakni suatu usaha yang
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu.
Untuk
memperjelas pengertian motivasi, perhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut:
-
Bagaimanakah
seorang guru memberikan motivasi kepada para siswanya agar mereka merasa senang
membersihkan ruang kelasnya setiap harinya?
-
Apakah dengan
memberikan hadiah dapat memotivasi anak untuk belajar lebih baik lagi?
Duncan,
seorang ahli administrasi dalam bukunya Organizational Behavior, mengemukakan
bahwa dalam konsep manajemen, motivasi berarti setiap usaha yang disadari untuk
mempengaruhi prilaku seseorang agar meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk
mencapai tujuan organisasi.
Hoy
dan Miskel dalam buku Educational Administration (1982:137) mengemukakan bahwa
“motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang kompleks,
dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegangan
(tension states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga
kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.”[2]
Tujuan Motivasi ialah: Secara umum dapat dikatakan bahwa
tujuan motivasi adalah untuk mengerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga menperoleh hasil atau
mencapai tujuan tertentu.
Setiap
tindakan motivasi mempunyai tujuan, makin jelas tujuan yang diharapkan atau
yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu
dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas
dan disadari oleh yang memotivasi serta sesuain dengan kebutuhan orang
dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberi motivasi harus
mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan
kepribadian orang yang akan dimotivasi.
c) Needs
Needs
dari bahasa Inggris yang artinya membutukan atau kebutuhan, “motive is a need”.
Clayton Alderfer dalam Ahira (2010) mengembangkan sebuah teori alternatif dari
kebutuhan manusia pada akhir 1960. Teori ini membedakan kebutuhan yang telah
dikembangkan oleh Maslow menjadi 3, yaitu :
1) Kebutuhan
eksistensi (existence needs) yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologis dan
keamanan.
2) Kebutuhan
hubungan (relatedness needs) yang berfokus pada bagaimana individu berhubungan
lingkungan sosialnya.
3) Kebutuhan
pertumbuhan (growth needs) yang meliputi kebutuhan akan tumbuh sebagai manusia
pada umumnya dan mengunakan kemampuanya untuk mencapai tujuan.[3]
d) Instink
Berasal
dari bahasa Inggris yang berarti suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu
rangsangan tertentu dan tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran suatu
makhluk hidup dan diperoleh secara turun-temurun.[4] William Mc. Dougal adalah salah satu
penganut dari teori insting ini. Berdasarkan teori ini semua pikiran dan
perilaku kita merupakan hasil dari naluri yang diwariskan. Setiap orang
mempunyai insting untuk belajar, mengingat,.dan.berperilaku..Contoh.dari.instink.seseorang.adalah.mempertahankan diri.
e) Drive
Drive merupakan sebuah
dorongan/energi berperilaku untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Sebuah
keadaan tergugah yang terjadi karena adanya kebutuhan fisiologis. Individu akan
mengupayakan untuk mencapai kebutuhan tertentu. Berdasar teori ini organisme
berusaha mengurangi dorongan tersebut dengan berbuat sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Disinilah timbul motivasi. Semua perilaku yang dilakukan
pada teori drive-reduction ini bertujuan untuk menurunkan/mengurangi ketegangan
yang terjadi. Ketegangan disini maksudnya adalah keadaan kekurangan sesuatu
yang memberi energi untuk menghilangkan atau mengurangi keadaan kekuangan ini.
Contohnya, kebutuhuan akan air, manusia akan mengurangi kebutuhan perasaan akan
hausnya akan dengan minum air.[5]
Tujuan pengurangan dorongan ini
adalah homoestatis, kecenderungan tubuh untuk mempertahankan keadaan yang
seimbang dan tenang.
Teori ini dibedakan menjadi 2
dorongan, yakni :
1. Primary drive : biological need
(lapar, haus, sex).
2.
Secondary drive : drive yg bukan biological need (ex: need for
achievement).
f) Force
Force merupakan proses menekankan pada pemaksaan terhadap
individu , yang dipengaruhi oleh faktor internal dan external, yang juga
didalamnya terdapat proses kognitf, namun, pada akhirnya individu itu lah yang
akan menentukan apakah ia akan melakukan potensi atau tidak.
B. Motif Primer dan Motif Sekunder
Motif
primer adalah motif yang bergantung pada keadaan organik individu, terjadi jika
dilatar belakangi oleh proses fisiokemis didalam tubuh individu.
Motif
sekunder adalah sebaliknya lebih cenderung pada hal-hal diluar tubuh atau
berdasarkan pengalaman. Misalnya, mencapai sukses, menjadi perawat yang
profesional, sosial, belajar, berprestasi, dan bekerja.
C. Daur Motivasi
Prilaku terjadi karena suatu determinan tertentu, baik biologis, psikologis
maupun yang berasal dari lingkungan. Determinasi ini akan merangsang timbulnya
suatu keadaan (bio) psikologis tertentu dalam tubuh yang disebut “kebutuhan”,
kebutuhan menciptakan suatu “keadaan tegang atau tension” yang mendorong
“prilaku untuk memenuhi kebutuhan” tersebut atau prilaku instrumental.
Bila kebutuhan sudah terpenuhi maka ketegangan akan melemah atau “relief”
sampai timbulnya ketegangan lagi karena munculnya kebutuhan baru, inilah yang
dimaksud dengan “daur motivasi.” Bila determinan yang menimbulkan kebutuhan itu
tidak ada lagi, maka daur tidak terjadi[6].

D. Teori-Teori Motivasi
Disini
kita akan menjelaskan tentang beberapa teori dalam motivasi, diantara adalah:
a. Teori Hedonisme
Hedone
adalah
bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau kenikmatan. Hedonisme
adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang
utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi.
Menurut pandangan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang
mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu,
setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih
alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang
mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya.
Implikasi dari teori ini ialah adanya anggapan bahwa
semua orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau
mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan
kesenangan baginya.
b. Teori Naluri
Di dalam Bab III buku ini telah dikemukakan bahwa pada
dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal ini disebut
juga naluri, yaitu:
Ø Dorongan
nafsu (naluri) mempertahankan diri.
Yang dimaksud dengan
mempertahankan diri disini adalah seseorang bisa mengontrol naluri atau
nafsunya dari perbuatan negatif.
Ø Dorongan
nafsu (naluri) mengembangkan diri.
Yakni dorongan nafsu
seseorang untuk hidup lebih berpotensi dan bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
Ø Dorongan
nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan jenis.
Ialah
penggabungan antara dorongan nafsu mempertahankan diri dengan dorongan nafsu
mengembangkan diri atau jenis.
Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan
ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya
sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut.
c. Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku
manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah
laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang
belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan ditempat ia hidup dan
dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan
kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun seorang
pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin ataupun
pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang
E. Motivasi dan Emosi
Emosi itu sendiri adalah pendorong terjadinya perilaku, tetapi hubungannya
dengan motivasi itu seperti apa, belum terjawab sepenuhnya oleh psikolog.
Kebanyakan perilaku bermotivasi mempunyai komponen emosional (afektif). Komponen
inilah yang menebakan perilaku tertentu cenderung dulang kembali (karena
menghasilkan sesuatu yang menyenangkan) atau dijauhi/dihindari (karena
menimbulkan sesuatu yang tidak disukai). Meskipun demikian, para ahli lebih
memperhatikan perilaku terarah tujuan bila mempelajari motivasi dan pengalaman
subjektif-afektif bila mempelajari emosi. Karena perilaku bermotivasi selalu
mempunyai komponen afektif, maka
pengetahuan tentang perilaku apa dengan komponen afektif apa akan mempermudah
usaha untuk memperbesar motivasi manusia. Usaha-usaha yang dibekali dengan
pengetahuan seperti ini akan lebih strategis dalam memberikan insentif, hadiah,
atau hukuman.
Dengan kata
lain, emosi adalah cara bagaimana kebutuhan seorang manusia di penuhi.
Kebutuhan untuk dilindungi, aman, berkuasa, mengontrol, tertarik, dan otonomi
diri dipenuhi melalui emosi-emosi yang muncul.Misalnya kebutuhan berkuasa
memunculkan rasa sombong dan bangga jika sudah berkuasa. Jika belum berkuasa,
muncullah rasa was-was atau terancam pihak yang berkuasa, yang oleh karenanya
mendorong untuk jadi berkuasa.
Sistem motivasional manusia dipercaya menunjukkan dirinya melalui emosi. Pada
saat sebuah emosi muncul, itulah tanda bahwa motivasi tertentu menjadi aktif
pada saat itu. Misalnya Anda merasa lapar, nah ketika Anda menemukan makanan, muncullah
emosi tertentu yang menunjukkan aksesibilitas terhadap makanan itu. Jika
makanan itu berbau dan berbelatung, mungkin muncul rasa jijik sehingga Anda
tidak mau memakannya. Jika makanan itu dimakan, muncullah emosi lega.
Ratusan
bahkan mungkin ribuan kata kata keseharian kita menunjukkan motif kita.seperti
kebutuhan, tujuan, hasrat, keinginan, ambisi, harapan, lapar, haus, cinta
bahkan balas dendam. Sejak jaman kuno, motivasi dikenal sebagai penentu penting emosi yang tercermin pada tingkah laku.
F.
Motivasi, Belajar, dan Minat
Minat adalah
kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang
disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Minat
mengandung unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak).
Oleh sebab itu, minat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab jika tidak
demikian, minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Belajar itu
menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan perubahan itu
dilakukan lewat kegiatan, atau usaha yang disengaja. Minat sangat erat hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan
terasa menjemukan, dalam kenyataannya tidak semua belajar siswa didorong oleh
faktor minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya terhadap materi
pelajaran dikarenakan pengaruh dari gurunya, temannya, orang tuanya.
Oleh sebab
itu, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab sekolah untuk menyediakan
situasi dan kondisi yang bisa merangsang minat siswa terhadap belajar. Jadi,
yang dimaksud dari minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang
menampakkan diri dalam beberapa gejala, seperti : gairah, kemauan, perasaan
suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan
yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain, minat
belajar itu mempunyai ketergantungan pada faktor internal seseorang (siswa)
seperti perhatian, kemauan dan kebutuhan terhadap belajar yang ditunjukkan
melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar.
Minat memegang peranan penting dalam kehidupannya dan mempunyai dampak yang
besar atas prilaku dan sikap, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk
belajar, anak yang berminat terhadap sesuatu kegiatan baik itu bekerja maupun
belajar, akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. William
Amstrong (dalam Zanikhan, 2008), menyatakan bahwa konsentrasi tidak ada bila
tidak ada minat yang memadai, seseorang tidak akan melakukan kegiatan jika
tidak ada minat, Lester dan Alice Crow juga menekankan beberapa pentingnya
minat untuk mencapai sukses dalam hidup sesorang.
Dalam
hubungannya dengan pemusatan pemikiran, minat mempunyai peranan dalam
memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian
dari luar (Gie, 2004:57). Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar
dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya,
sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik
minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat
sehingga menambah kegiatan belajar.
Fungsi minat
dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang
mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak
terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya
menerima pelajaran. mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk
terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu untuk memperoleh
hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap
pelajaran sehingga akan mendorong ia untuk terus belajar.
G. Konflik dan
Frustasi
Menurut
kamus besar bahasa Indonesia konflik adalah percekcokkan, perselisihan,
pertentangan. Konflik berasal dari kata kerja bahasa latin yaitu configure yang
berarti saling memukul. Secara Sosiologis konflik diartikan sebagai proses
social antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya. Jika dilihat definisi secara sosiologis, konflik senantiasa ada
dalam kehidupan masyarakat sehingga konflik tidak dapat dihilangkan tetapi
hanya dapat diminimalkan.
Menurut
Robbin dan Judge (2011, p. 457-465) ada lima tahapan dalam konflik; pertama
potensi oposisi atau ketidakcocokan, kedua pengamatan dan personalisasi, ketiga
keinginan atau niat, keempat tingkah laku dan kelima adalah hasil. Secara garis
besar tahapan konflik menurut Robbin dan Judge ini dapat dijelaskan secara
singkat bahwa pertama konflik muncul karena terjadi perbedaan pandangan.
Perbedaan pandangan ini harus menjadi sebuah perbedaan pribadi. Sebagai contoh
A dan B berdebat mengenai sesuatu hal, namun perdebatan A dan B ini jika belum
sampai pada tahap keterlibatan secara emosional maka belum menjadi sebuah
konflik. Dari pelibatan emosional tersebut kemudian konflik memasuk tahap
keinginan atau niat. Pada tahap ini pihak yang berselisih akan masuk dalam
tahap keinginan berkompetisi untuk memenangkan konflik guna mendapatkan
kepuasaan pribadinya ataupun keinginan kelompok. Dalam proses ini juga
bisa terjadi sebaliknya yaitu berusaha mencegah lebih dalam terlibat konflik
dengan mengacuhkan konflik tersebut. Pada tahap ketiga pula ada kemungkinan
pula bahwa pihak yang berselisih berusaha mengalah untuk tidak terlibat dalam
konflik dengan mendukung pendapat pihak yang berlawanan dengannya atau ada
kemungkinan pula melakukan tahap kompromi sehingga tidak ada pihak yang
dirugikan atau dikalahkan. Tahap keempat yang merupakan tingkah laku berarti
dalam tahap ini mulai dilakukan suatu perbuatan untuk melawan baik berupa
pernyataan ataupun perbuatan. Demonstrasi, perang atau kekacauan terjadi pada
tahap keempat ini. Pada tahap kelima konflik adalah hasil dari konflik itu
sendiri. Ada dua kemungkinan hasil dari sebuah konflik, menaikkan kualitas
kerja kelompok atau menurunkan kualitas kerja kelompok.
Pada dasarnya ada 4 tipe konflik yaitu:
1.
No Konflik – Tidak ada akar konflik dan tidak ada konflik di permukaan
2.
Laten konflik – Ada akar konflik tapi belum muncul
3.
Surface konflik – Ada konflik dipermukaan tapi tidak ada akar konflik
4.
Open konflik – ada akar konflik dan ada konflik yang terbuka
Frustasi adalah sebagai keadaan
dimana seseorang sedang kalut, terlalu banyaknya masalah, tekanan ataupun
lainnya, sehingga tidak dapat menyelesaikannya, yang hamper sama dengan stress,
akan tetapi tidak bias disamakan oleh pengertian putus asa. Akan tetapi dapat
juga diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami seseorang, ketika keinginanya
tidak dapat tercapai atau terganjal untuk dapat terealisasikan atau bisa juga
cita-cita atau keinginanya terhalang sehingga tidak dapat terwujud. Dalam hal
ini halangan tersebut berasal dari berbagai factor, seperti dari keterbatasan
fisik atau psikis.
Reaksi setiap orang
terhadap frustrasi berbeda-beda, bergantung pada ambng.frustasi.yang.ia.miliki.
Orang yang memiliki tingkat ambang frustrasi tinggi cenderung lebih kuat
mentalnya menghadapi kegagalan. Sedangkan mereka yang
ambang frustrasinya rendah cenderung rentan terhadap frustrasi.
Pola asuh orangtua, pengalaman hidup, budaya, dan lingkungan, merupakan hal-hal yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya ambang frustrasi seseorang. Namun, ada yang lebih penting, yaitu cara kita berpikir dan memandang sesuatu. Membiasakan diri berpikir positif akan membantu kita menghindarkan diri dari frustrasi berlebihan. Atau bahkan, mengubah frustrasi menjadi motivasi membuat sesuatu yang positif.
Pola asuh orangtua, pengalaman hidup, budaya, dan lingkungan, merupakan hal-hal yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya ambang frustrasi seseorang. Namun, ada yang lebih penting, yaitu cara kita berpikir dan memandang sesuatu. Membiasakan diri berpikir positif akan membantu kita menghindarkan diri dari frustrasi berlebihan. Atau bahkan, mengubah frustrasi menjadi motivasi membuat sesuatu yang positif.
Frustasi terjadi
bila seseorang terhalang oleh suatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan,
keinginan, penghargaan atau tindakan tertentu.
H. Frustasi dan
Mekanisme Pertahanan Diri
Pengerian frustasi telah dijelaskan diatas, sedangkan mekanisme
pertahanan diri adalah cara bagaimana seseorang bertahan dalam masalah yang dia
hadapi. Jadi hubungan antara keduanya saling keterkaitan karena ketika
seseorang frustasi, maka dia akan berusaha untuk mencari solusi, agar bisa
berpindah dari keadaan frustasi ke keadaan normal.
Macam-macam mekanisme pertahanan diri[7]:
·
Represi
·
Supresi
·
Reaction Formation (Pembentukan
Reaksi)
·
Fiksasi
·
Regresi
·
Menarik Diri
·
Mengelak
·
Denial (Menyangkal Kenyataan)
·
Fantasi
·
Rasionalisasi
·
Intelektualisasi
·
Proyeksi
I.
Motif Takut Berprestasi
Menurut
John Aktinson terdapat dua tipe manusia yang perilakunya mengarah pada
prestasi. Kelompok pertama adalah orang-orang yang lebih termotivasi oleh
ketakutan akan gagal.Orang-orang dalam kelompok pertama merasa gembira bila
meraih sukses, sedangkan kelompok kedua senang bisa menghindari kegagalan. Kelompok
pertama dan kedua mempunnyai prestasi yang berbeda pada tugas-tugas yang
mempunyai derajat kesulitan yang bervariasi[8]
BAB III
PENUTUP
Motivasi adalah “pendorongan” yakni suatu usaha yang
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu.
Ada 3 teori dalam motivasi, yaitu: Teori Hedonisme,
Teori Naluri, Teori
Reaksi yang Dipelajari. Sistem
motivasional manusia dipercaya menunjukkan dirinya melalui emosi. Pada saat
sebuah emosi muncul, itulah tanda bahwa motivasi tertentu menjadi aktif pada
saat itu. Minat memegang peranan penting
dalam kehidupannya dan mempunyai dampak yang besar atas prilaku dan sikap,
minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, anak yang berminat
terhadap sesuatu kegiatan baik itu bekerja maupun belajar, akan berusaha sekuat
tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
-
Prayitno. 1994.
Dasar – dasar bimbingan dan konseling. Jakarta : RINEKA CIPTA
-
Drs. Muttaqim, psikologi
pendidikan, (Jakarta, 1991), hlm. 70-71
-
Hoy,
Educational Administration,1982, hlm. 137
-
Hendrapgmi.blogspot.com/2012/04/motivasi-belajar-dalam-psikologi.html?m=1
-
Ensiklopedia
Nasional Indonesia, Jilid 11, 1991.
-
http://nsahidrm.blogspot.com/2012/03/makalah-motivasi.html
[1] Drs. Muttaqim, psikologi
pendidikan, (Jakarta, 1991), hlm. 70-71
[2] Hoy,
Educational Administration,1982, hlm. 137
[3]
Hendrapgmi.blogspot.com/2012/04/motivasi-belajar-dalam-psikologi.html?m=1
[4] Ensiklopedia
Nasional Indonesia, Jilid 11, 1991.
[5] http://nur-amalia-fpsi12.web.unair.ac.id/artikel_detail-69106-Psikologi%20Umum%20II-Teori%20Motivasi.html
[6] http://bantarmerak64.blogspot.com/2012/03/persepsi-motivasi.html
[7]
http://sasyapsikologi2006.blogspot.com/2009/11/macam-macam-mekanisme-pertahanan-diri.html
[8]
http://nsahidrm.blogspot.com/2012/03/makalah-motivasi.html
No comments:
Post a Comment