Home
/ HADITS TENTANG SHOLAT WAJIB
Thursday, November 20, 2014
HADITS TENTANG SHOLAT WAJIB
1.
Hadits tentang
Sholat Wajib
Kewajiban
atau perintah untuk mendirikan shalat sebagaimana dalam firman Allah SWT
dan dalam beberapa hadits berikut ini :
Firman
Allah SWT :
وَ اَقِمِ الصّلوةَ لِذِكْرِيْ
Artinya: Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. (QS. Thaahaa : 14)
فَاَقِيْمُوا الصَّلوةَ، اِنَّ
الصَّلوةَ كَانَتْ عَلَى اْلمُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَوْقُوْتًا
Artinya: Maka dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang
telah ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An-Nisaa' : 103)
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: بُنِيَ اْلاِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ
اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ اِقَامِ
الصَّلاَةِ، وَ اِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَ حَجّ اْلبَيْتِ وَ صَوْمِ رَمَضَانَ.
احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 1: 333
Artinya: Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata
: Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu terdiri atas lima rukun. Mengakui bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan sesungguhnya Muhammat itu adalah utusan
Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa Ramadlan. (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 333)
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ ص: بَيْنَ الرَّجُلِ وَ بَيْنَ اْلكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ. الجماعة الا
البخارى و النسائى، فى نيل الاوطار 1: 340
Artinya: Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah
SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. (HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal.
340)
عَنْ بُرَيْدَةَ رض قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اَلْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَ بَيْنَهُمُ
الصَّلاَةُ. فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ. الخمسة، فى نيل الاوطار 1: 343
Artinya: Dari Buraidah RA, ia berkata : Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perjanjian antara kami dan mereka adalah
shalat, maka barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah kufur”. (HR. Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343)
عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ
اَنَّ اَعْرَابِيًّا جَاءَ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ ص ثَائِرَ الرَّأْسِ، فَقَالَ:
يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَخْبِرْنِى مَا فَرَضَ اللهُ عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ !
قَالَ: الصَّلَوَاتُ اْلخَمْسُ، اِلاَّ اَنْ تَطَوَّعَ شَيْئًا. قَالَ:
اَخْبِرْنِى مَا فَرَضَ اللهُ عَلَيَّ مِنَ الصّيَامِ ! قَالَ: شَهْرُ رَمَضَانَ اِلاَّ اَنْ تَطَوَّعَ شَيْئًا. قَالَ: اَخْبِرْنِى مَا فَرَضَ اللهُ عَلَيَّ مِنَ الزَّكَاةِ ! قَالَ: فَاَخْبَرَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص بِشَرَائِعِ اْلاِسْلاَمِ
كُلّهَا. فَقَالَ: وَ الَّذِى
اَكْرَمَكَ، لاَ اَطَّوَّعُ شَيْئًا وَ لاَ اَنْقُصُ مِمَّا فَرَضَ اللهُ عَلَيَّ
شَيْئًا. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. اَفْلَحَ اِنْ صَدَقَ اَوْ دَخَلَ اْلجَنَّةَ
اِنْ صَدَقَ. احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 1: 335
Artinya: Dari Thalhah
bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah SAW dalam
keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukanlah
kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shalat ?”. Beliau
bersabda, “Shalat-shalat yang lima,
kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya, “Beritahukanlah kepadaku,
apa yang Allah wajibkan kepadaku dari puasa ?”. Beliau SAW bersabda, “Puasalah bulan Ramadlan, kecuali kamu
mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku, apa yang
Allah wajibkan kepadaku dari zakat ?’. Thalhah berkata : Lalu Rasulullah SAW
memberitahukan kepadanya tentang syariat-syariat Islam seluruhnya. Lalu orang
Arab gunung itu berkata, “Demi Allah yang telah memuliakan engkau, saya tidak
akan menambah sesuatu dan tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-apa yang
telah diwajibkan oleh Allah kepada saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti
ia akan bahagia, jika benar. Atau pasti ia akan masuk surga jika benar
(ucapannya)”. (HR.
Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 335)[1]
عَنْ اَنَسِ بْنَ مَالِكٍ رض قَالَ: فُرِضَتْ عَلَى النَّبِيّ ص الصَّلَوَاتُ لَيْلَةَ اُسْرِيَ بِهِ
خَمْسِيْنَ، ثُمَّ نُقِصَتْ حَتَّى جُعِلَتْ خَمْسًا. ثُمَّ نُوْدِيَ: يَا
مُحَمَّدُ اِنَّهُ لاَ يُبَدَّلُ اْلقَوْلُ لَدَيَّ وَ اِنَّ لَكَ بِهذِهِ
اْلخَمْسِ خَمْسِيْنَ. احمد و النسائى و الترمذى و صححه، فى نيل الاوطار 1: 334
Artinya: Dari Anas bin Malik RA, ia berkata :
Diwajibkan shalat itu pada Nabi SAW pada malam Isra’, lima puluh kali. Kemudian
dikurangi sehingga menjadi lima kali, kemudian Nabi dipanggil, “Ya Muhammad,
sesungguhnya tidak diganti (diubah) ketetapan itu di sisi-Ku. Dan sesungguhnya
lima kali itu sama dengan lima puluh kali”. (HR. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi menshahihkannya, dalam
Nailul Authar juz 1, hal. 334)
عَنِ الشَّعْبِيّ اَنَّ عَائِشَةَ
قَالَتْ: قَدْ فُرِضَتِ الصَّلاَةُ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ بِمَكَّةَ. فَلَمَّا قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ ص اْلمَدِيْنَةَ زَادَ مَعَ كُلّ
رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ، اِلاَّ اْلمَغْرِبَ فَاِنَّها وِتْرُ النَّهَارِ وَ
صَلاَةُ اْلفَجْرِ لِطُوْلِ قِرَاءَتِهِمَا. قَالَ: وَ كَانَ اِذَا سَافَرَ صَلَّى
الصَّلاَةَ اْلاُوْلَى. احمد
Artinya: Dari
‘Asy-Sya’bi bahwa ‘Aisyah RA pernah berkata : Sungguh telah difardlukan shalat
itu dua rekaat dua rekaat ketika di Makkah. Maka tatkala Rasulullah SAW tiba di
Madinah (Allah) menambah pada masing-masing dua rekaat itu dengan dua rekaat
(lagi), kecuali shalat Maghrib, karena sesungguhnya
shalat Maghrib itu witirnya siang, dan pada shalat Fajar (Shubuh),
karena panjangnya bacaannya”. Asy-Sya’bi berkata, “Dan adalah
Rasulullah SAW apabila bepergian (safar), beliau shalat sebagaimana pada
awalnya (dua rekaat)”. (HR. Ahmad
6 : 241)
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ
اْلعَاصِ عَنِ النَّبِيّ ص اَنَّهُ ذَكَرَ الصَّلاَةَ يَوْمًا فَقَالَ: مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَ بُرْهَانًا وَ نَجَاةً
يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. وَ مَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ تَكُنْ لَهُ نُوْرًا
وَ لاَ بُرْهَانًا وَ لاَ نَجَاةً. وَ كَانَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مَعَ قَارُوْنَ
وَ فِرْعَوْنَ وَ هَامَانَ وَ اُبَيّ بْنِ خَلَفٍ. احمد، فى نيل الاوطار 1: 343
Artinya: Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash,
dari Nabi SAW bahwa beliau pada suatu hari menerangkan tentang shalat, lalu
beliau bersabda, “Barangsiapa memeliharanya, maka shalat itu baginya sebagai
cahaya, bukti dan penyelamat pada hari qiyamat. Dan barangsiapa tidak
memeliharanya, maka shalat itu baginya tidak merupakan cahaya, tidak sebagai
bukti, dan tidak (pula) sebagai penyelamat. Dan adalah dia pada hari qiyamat
bersama-sama Qarun, Fir’aun, Haaman, dan Ubay bin Khalaf”. (HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 343)
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ:
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اِنَّ اَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ اْلعَبْدُ
يَوْمَ اْلقِيَامَةِ الصَّلاَةُ اْلمَكْتُوْبَةُ فَاِنْ اَتَمَّهَا وَ اِلاَّ
قِيْلَ. اُنْظُرُوْا، هَلْ لَهُ مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَاِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ
اُكْمِلَتِ اْلفَرِيْضَةُ مِنْ تَطَوُّعِهِ، ثُمَّ يُفْعَلُ بِسَائِرِ
اْلاَعْمَالِ اْلمَفْرُوْضَةِ مِثْلُ ذلِكَ. الخمسة، فى نيل الاوطار 1: 345
Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata : Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya pertama-tama perbuatan manusia yang dihisab pada hari qiyamat, adalah shalat
wajib. Maka apabila ia telah menyempurnakannya (maka selesailah
persoalannya). Tetapi apabila tidak sempurna shalatnya, dikatakan (kepada
malaikat), “Lihatlah dulu, apakah ia pernah mengerjakan shalat sunnah ! Jika ia
mengerjakan shalat sunnah, maka kekurangan dalam shalat wajib disempurnakan
dengan shalat sunnahnya”. Kemudian semua amal-amal yang wajib diperlakukan
seperti itu”. (HR.
Khamsah, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 345)
عَنِ بْنِ مُحَيْرِيْزٍ اَنَّ رَجُلاً
مِنْ بَنِى كِنَانَةَ يُدْعَى اْلمُخْدَجِيَّ سَمِعَ رَجُلاً بِالشَّامِ يُدْعَى
اَبَا مُحَمَّدٍ يَقُوْلُ: اِنَّ اْلوِتْرَ وَاجِبٌ. قَالَ اْلمُخْدَجِيُّ:
فَرُحْتُ اِلَى عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ، فَاَخْبَرْتُهُ فَقَالَ عُبَادَةُ:
كَذَبَ اَبُوْ مُحَمَّدٍ. سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: خَمْسُ صَلَوَاتٍ
كَتَبَهُنَّ اللهُ عَلَى اْلعِبَادِ. مَنْ اَتَى بِهِنَّ لَمْ يُضَيّعْ مِنْهُنَّ
شَيْئًا اِسْتِخْفَافًا بِحَقّهِنَّ كَانَ لَهُ عِنْدَ اللهِ عَهْدًا اَنْ
يُدْخِلَهُ اْلجَنَّةَ. وَ مَنْ لَمْ يَأْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللهِ
عَهْدٌ. اِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ وَ اِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ. احمد و ابو داود و
النسائى، فى نيل الاوطار 1: 344
Artinya: Dari Ibnu
Muhairiz, bahwa seorang laki-laki dari Bani Kinanah yang bernama Al-Mukhdajiy
pernah mendengar seorang laki-laki di Syam yang bernama Abu Muhammad, ia
berkata : Sesungguhnya shalat witir itu wajib. Mukhdajiy berkata : Lalu aku pergi
kepada ‘Ubadah bin Shamit untuk memberitahukan kepadanya. Maka ‘Ubadah berkata,
“Abu Muhammad dusta, sebab aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
“Shalat yang diwajibkan Allah atas hamba-hamba-Nya itu adalah lima. Barangsiapa
mengerjakannya tanpa menyia-nyiakan sedikitpun daripadanya karena hendak
memperingan kewajibannya, maka dia dapat jaminan dari Allah, (yaitu) bahwa
Allah akan memasukkannya ke dalam surga. Dan barangsiapa tidak melakukannya,
maka tidak mendapat jaminan dari Allah, (yiatu) bila Allah menghendaki, maka
Dia akan menyiksanya, dan bila Dia menghendaki, maka Dia akan mengampuninya”. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 344)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ النَّبِيَّ ص
قَالَ: اُمِرْتُ اَنْ اُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا اَنْ لاَ اِلهَ
اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَ يُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَ
يُؤْتُوا الزَّكَاةَ. فَاِذَا فَعَلُوْا ذلِكَ عَصَمُوْا مِنّى دِمَاءَهُمْ وَ
اَمْوَالَهُمْ اِلاَّ بِحَقّ اْلاِسْلاَمِ. وَ حِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ عَزَّ وَ
جَلَّ. احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 1: 336
Artinya: Dari Ibnu
‘Umar, bahwa Nabi SAW bersabda, “Aku diperintah untuk memerangi orang-orang,
sehingga mereka mengakui tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad
itu utusan Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Kemudian
apabila mereka telah melaksanakan yang tersebut itu, mereka mendapat
perlindungan dariku, tentang darah mereka dan harta mereka, kecuali yang
dibenarkan Islam. Sedang perhitungan mereka, adalah di tangan Allah ‘Azza wa
Jalla”. (HR.
Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 336)
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِيّ
قَالَ: بَعَثَ عَلِيٌّ وَ هُوَ بِاْليَمَنِ اِلَى النَّبِيّ ص بِذُهَيْبَةٍ
فَقَسَّمَهَا بَيْنَ اَرْبَعَةٍ. فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِتَّقِ
اللهَ. فَقَالَ: وَيْلَكَ اَوَلَسْتُ اَحَقَّ اَهْلِ اْلاَرْضِ اَنْ يَتَّقِيَ
اللهَ! ثُمَّ وَلَّى الرَّجُلُ. فَقَالَ خَالِدُ بْنُ اْلوَلِيْدِ: يَا رَسُوْلَ
اللهِ، اَلاَ اَضْرِبُ عُنُقَهُ؟ فَقَالَ: لاَ، لَعَلَّهُ اَنْ يَكُوْنَ يُصَلّى.
فَقَالَ خَالِدٌ: وَ كَمْ مِنْ مُصَلّ يَقُوْلُ بِلِسَانِهِ مَا لَيْسَ فِى
قَلْبِهِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنّى لَمْ اُوْمَرْ اَنْ اُنَقّبَ عَنْ قُلُوْبِ النَّاسِ وَ لاَ اَشُقَّ
بُطُوْنَهُمْ. مختصر من حديث احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 1: 338
Artinya: Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia
berkata : Ali yang waktu itu berada di Yaman, pernah mengirim sekeping emas
pada Nabi SAW. Lalu Nabi SAW membagikannya kepada empat orang. Kemudian ada
seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, takutlah kepada Allah (karena
menganggap Nabi SAW tidak adil dalam pembagian itu). Lalu Nabi SAW menjawab,
“Celaka kamu, bukankah aku orang yang paling baik diantara penduduk bumi ini
yang bertaqwa kepada Allah ?”. Kemudian laki-laki itu berpaling. Lalu Khalid
bin Walid bertanya, “Ya Rasulullah, bolehkah aku penggal lehernya ?”. Nabi SAW
menjawab, “Jangan, barangkali dia melakukan shalat”. Khalid berkata, “Berapa
banyak orang yang shalat yang hanya menyatakan dengan lisannya saja, tetapi
tidak demikian di dalam hatinya”. Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Sesungguhnya
aku tidak diperintahkan untuk menyelidiki hati-hati manusia, dan tidak pula
untuk membelah perut-perut mereka”. (Diringkas
dari suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul
Authar juz 1, hal. 338)
Menyuruh
anak kecil untuk shalat:
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ
اَبِيْهِ عَنْ جَدّهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. مُرُوْا صِبْيَانَكُم
بِالصَّلاَةِ لِسَبْعِ سِنِيْنَ وَ اضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرِ سِنِيْنَ وَ
فَرّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى اْلمَضَاجِعِ. احمد و ابو داود، فى نيل الاوطار 1: 348
Artinya: Dari ‘Amr bin
Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah anak-anak kecilmu melakukan shalat
pada (usia) tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila lalai) atasnya pada
(usia) sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka pada tempat-tempat tidur”. (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 348)[2]
Maksud dari hadits tersebut menunjukkan wajibnya bagi orang tua menyuruh
(mendidik) anak-anaknya untuk melakukan shalat, apabila mereka berusia tujuh
tahun. Dan mereka harus dipukul (diberi hukuman) karena meninggalkannya,
apabila berusia sepuluh tahun. Dan mereka harus dipisahkan tempat tidurnya.
Surya
Out too the been like hard off. Improve enquire welcome own beloved matters her. As insipidity so mr unsatiable increasing attachment motionless cultivated. Addition mr husbands unpacked occasion he.
0 komentar:
Post a Comment