Kata Pengantar
Puji syukur kami
haturkan ke hadirat Allah SWT, karena rahmat serta hidayahnya yang senantiasa
diberikan kepada hambanya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan ke
haribaan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jaman
jahiliyah menuju jaman Islamiyah
Moderniyah.
Alhamdulillah,
setelah beberapa hari yang kami perlukan untuk membuat makalah dengan judul “Perbuatan
Nabi Sebagai Model Komunikasi Persuasif”, akhirnya
rampung sudah pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang merupakan pembagian tugas mata
Hadist Tematik Komunikasi.
Setelah
membaca berbagai buku, kami lebih mengetahui dan menambah cakrawala keilmuan
tentang hubungan perbuatan nabi dengan model komunikasi persuasif. Kami yang memulai
dari nol, sedikit demi sedikit menimba ilmu dari berbagai referensi buku yang
ada. Untuk selanjutnya menuangkan apa yang kami dapat dari membaca buku ke
dalam makalah ini.
Semoga pembuatan makalah kali ini
bermanfaat, untuk selanjutnya menimbang seberapa jauh pemahaman kami mengenai
komunikasi persuasif yang merujuk pada hadist nabi yang berupa perbuatan.
Tentunya kami menyadari banyak sekali kesalahan yang di luar kesadaran kami.
Untuk itu, sangat dibutuhkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak.
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Hadist adalah
perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW.
Hadist dijadikan pedoman hidup umat Islam yang kedua setelah Al-qur’an. Sebagai
pedoman hidup, hadist patutnya dipelajari oleh semua umat Islam demi mewujudkan
kehidupan yang sesuai koridor agama, supaya menjadi manusia yang seutuhnya dan
sebaik-baiknya.
Salah satu
pengertian hadist adalah segala perbuatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Perbuatan nabi yang uswatun hasanah dapat dijadikan pedoman umat muslim untuk
melakukan segala aktifitas, baik aktifitas yang berhubungan dengan sesama
manusia maupun aktifitas yang berhubungan dengan tuhan.
Banyak sekali
perbuatan nabi yang dapat dijadikan teladan umat muslim, mulai dari nabi
membuka mata sampai nabi tertidur. Semua aktifitas tersebut terdapat tata cara
tersendiri sebagaimana nabi melakukannya. Perbuatan nabi selalu mengarah kepada
kebaikan dan kebaikan itulah yang selalu diajarkan nabi kepada umatnya melalui
perbuatan dan perkataannya. Hal inilah yang dalam konsep Islam disebut dakwah,
yakni mengajak dan menyerukan kepada kebaikan.
Dalam keilmuan
umum, terdapat teori mengenai komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif adalah
komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap,
dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai yang diinginkan komunikator.
Dalam Islam, konsep komunikasi persuasif sama halnya dengan konsep dakwah.
Unsur-unsur yang terkandung dalam komunikasi persuasif menjadi dasar kegiatan
berdakwah karena dakwah secara etimologis berarti mengajak atau menyeru.
Berkaitan dengan
hal itu, kami ingin membahas masalah perbuatan nabi sebagai model komunikasi
persuasif. Banyak cara seorang komunikator menyampaikan pesannya kepada
komunikan, baik itu verbal maupun non verbal. Seperti halnya Nabi Muhammad SAW
yang selalu memberi teladan baik kepada umatnya dengan perbuatannya yang
uswatun hasanah. Dengan perbuatannya yang mulia, nabi sekaligus mengajak umat
muslim untuk senantiasa berperilaku ke arah kebajikan. Pesan non verbal yang
berupa perbuatan nabi patutnya diikuti dan dijadikan tauladan oleh umat Islam.
Seperti hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih yang artinya sebagai berikut : “Abu Ja’far
Al-Baqira berkata : ‘bahwa setelah Rasulullah SAW membaca : Hendaklah ada di antara
kamu segolongan umat yang mengajak pada kebajikan. Kemudian beliau bersabda :
Kebajikan/kebaikan itu, kepatuhan mengikuti Al-qur’an dan Sunnahku.”
II. Rumusan
Masalah :
1)
Apa
pengertian komunikasi pesuasif itu?
2)
Bagaimanakah
perbuatan nabi yang mencerminkan bentuk komunikasi persuasif?
3)
Bagaimana
relevansi perbuatan nabi dengan komunikasi persuasif?
III.
Tujuan :
1) Mengetahui pengertiankomunikasi
pesuasif.
2) Mengetahui perbuatan nabi yang
mencerminkan bentuk komunikasi persuasif.
3) Mengetahui bagaimana relevansi perbuatan
nabi dengan komunikasi persuasif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif adalah
komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap,
dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh komunikator.
Dalam Islam sendiri
komunikasi persuasif lebih dikenal dengan sebutan dakwah, yakni suatu aktivitas
yang mendorong manusia memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana dengan
materi ajaran islam agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan
umat nanti (akhirat).
B. Teknik Komunikasi
Persuasif
Seperti
yang sudah dijelaskan di atas, komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah
sikap, pandapat, atau perilaku dengan akibat yang dihasilkan ialah kesadaran,
kerelaan disertai perasaan senang. Berikut teknik dalam komunikasi persuasif:
1.
Perencanaan komunikasi persuasif
Agar
komunikasi tersebut mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan
perencanaan yang matang. Perencanaan yang dimaksud ialah dalam pengelolaan
pesan. Dengan tahapannya:
·
Harus sudah jelas siapa yang menjadi sasaran
komunikan.
·
Jika menggunakan media, maka diperkirakan media
apa yang tepat untuk digunakan.
·
Menata/mengelolah pesan, di mana pesan tersebut harus
sudah jelas isinya dan sesuai dengan diri komunikan sebagai sasaran.
Sehubungan
dengan perencanaan pesan dalam proses komunikasi persuasif, berikut adalah teknik-teknik
yang dapat dipilih:
a.
Teknik asosiasi
Ialah penyajian pesan komunikasi
dengan cara menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik
perhatian khalayak. Teknik ini sering dilakukan oleh kalangan bisnis atau kalangan
politik.
Misalnya, ketika Rudy
Hartono dan Liem Seiw King berada dipuncak ketenarannya, maka produser film
langsung memintanya untuk berperan dalam film. Bagi produser tidak peduli,
apakah Rudy dan King bisa main atau tidak; yang penting permunculannya, yang
diperkirakan akan menghasilkan uang banyak.
b.
Teknik integrasi
Ialah kemampuan komunikat
oruntuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan.Ini berarti bahwa, melalui
kata-kata verbal atau nonverbal, komunikator menggambarkan bahwa ia
“senasib”—dan karena itu menjadi satu—dengan komunikan.
Teknik ini biasa digunakan
oleh redaktur surat kabar dalam menyusun tajuk rencana. Di situ selalu dikatakan
“kita”, bukan “kami”, yang berarti pemikiran yang dituangkan kedalam tajuk rencana
bukan hanya pemikiran redaksi saja, melainkan juga pendapat para pembaca.
c.
Teknik ganjaran
Ialah kegiatan untuk mempengaruhi
orang lain dengan cara mengiming-ngiming hal yang menguntungkan atau yang
menjajikan harapan. Di mana berdaya upaya untuk menumbuhkan kegairahan emosional.
d.
Teknik tataan
Ialah upaya menyusun pesan
komunikasi sedemikian rupa, sehingga enak didengar atau dibaca serta termotivasikan
untuk melakukan sebagaimana disarankan oleh pesan tersebut.
Teknik ini digunakan hanya
untuk memperindah pesan agar menarik, dan tidak mengubah bentuk yang
dimaksudkan hanya agar komunikan lebih tertarik hatinya. Komunikator sama sekali
tidak membuat fakta pesan menjadi cacat. Faktanya sendiri tetap utuh, tidak diubah,
tidak ditambah, dan tidak dikurangi.
e.
Teknik red-herring
Ialah seni seorang komunikator
untuk meraih kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang
lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit keaspek yang
dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan. Hingga sebelumnya
diperlukan persiapan dengan matang.
2.
Pentahapan komunikasi persuasif.
Demi berhasilnya komunikasi
persuasive perlu dilaksanakan secara sistematis.Terdapat suatu formula yang
disebut AIDDA yang dapat dijadikan landasan pelaksanaan yang merupakan kesatuan
singkatan dari tahap-tahap komunikasi persuasif.
A →Attention (Perhatian)
I →Interest (Minat)
D → Desire (Hasrat)
D → Decision (Keputusan)
A → Action
(Kegiatan)
Berdasarkan
formula AIDDA itu, komunikasi persuasif di dahului dengan upaya membangkitkan perhatian. Upaya ini tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan
kata-kata yang merangsang, tetapi juga dalam penampilan ketika menghadapi khalayak.
Apabila perhatian
sudah berhasil terbangkitkan, kita menyusul upaya menumbuhkan minat. Upaya ini bisa berhasil dengan mengutarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan komunikan.Karena itu komunikator harus mengenal siapa komunikan
yang dihadapinya.
Tahap berikutnya
adalah memunculkan hasrat pada komunikasi untuk melakukan ajakan, bujukan, atau
rayuan komunikator.Di sini seni menata pesan harus dilakukan dengan sedemikian rupa
oleh komunikator, hingga pada tahap berikutnya komunikan bisa mengambil keputusan
untuk melakukan suatu kegiatan sebagaimana diharapkan dari padanya.
C. Hadis Terkait
Dakwah melalui
contoh dan perbuatan sangat berkesan karena ia memberikan contoh teladan yang
bersifat terus dan boleh diikuti secara berkesan. Perkara ini dapat dilihat melalui
hadist-hadist baginda Rasulullah SAW. Sebagaimana yang diriwayatkan kepada
Jabir bin Abdullah R.A katanya, Rasulullah SAW datang kepada kami di masjid ini
dan di tangan beliau ada sebatang pelepah tamar kuning yang telah kering.
Beliau melihat di bagian arah kiblat terdapat kahak. Rasulullah pun
membersihkan kahak itu dengan pelepah tamar kuning yang dipegangnya.
Rasulullah
menghadap kepada kami lalu bersabda, “Siapakah di antara kalian yang suka Allah
berpaling daripadanya?” Kami menundukkan kepala dan memandang ke bawah.
Rasulullah pun mengulangi pertanyaan yang sama ; kami pun menjawab, “Tidak ada
diantara kami yang menyukai hal demikian wahai Rasulullah.” Rasulullah
bersabda, “Sesungguhnya apabila salah seorang daripada kamu sedang sholat, sesungguhnya
Allah berada di hadapanmu. Oleh karena itu janganlah engkau berludah ke
hadapannya atau ke kanannya. Jika ingin berludah, maka berludahlah ke sebelah
kirinya. Jika engkau ingin bersegera maka usapkan pada pakaianmu seperti ini
(sambil Rasulullah menunjukkan caranya).
Kemudian Rasulullah melipat bagian
pakaian (yang terkena ludah) itu. Beliau bersabda, “Bawakan kepadaku minyak
wangi Abir. Seorang pemuda bergegas mendapatkan minyak wangi Abir dari
keluarganya. Dia datang membawa minyak wangi dan diberikan kepada Rasulullah
SAW. Rasulullah menyapukan hujung pelepah tamar kering dengan minyak wangi itu
dan menghilangkan kesan kahak dengan pelepah tamar itu. Berkata jabir,
“Lantaran itulah kami meletakkan minyak wangi di masjid.” (H.R Muslim)
Contoh lain dari perbuatan persuasif
Rasulullah adalah seperti hadist yang terjemahannya sebagai berikut, “Rasulullah
adalah orang yang paling dermawan. Kedermawanan beliau semakin bertambah pada
bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril
menjumpai beliau di malam bulan Ramadhan dan mengajari beliau Al-qur’an”
(H.R. Al-Bukhari).
Kedermawanan
nabi tentu saja patut dijadikan contoh umat muslim untuk senantiasa bersedakah
kepada kelompok yang membutuhkan. Hal itu merupakan contoh teladan untuk selalu
meningkatkan kepedulian sosial dengan membantu sesama umat. Selain itu, dengan
bersedakah harta yang kita miliki selalu digunakan di jalan Allah.
D.
Analisis
Dakwah
nabi dalam bentuk perbuatan langsung sangat efektif untuk mengajak umatnya
untuk berbuat seperti yang beliau kerjakan. Hal ini ada kaitannya dengan dakwah
bil-hal, dakwah yang dilakukan dengan menonjolkan contoh teladan serta
perbuatan yang baik. Atau dalam keilmuan umum disebut komunikasi non verbal,
yaitu proses penyampaian pesan melalui simbol, lambang, atau gerakan yang dalam
hal ini adalah perbuatan dan tingkah laku nabi.
Salah satu bentuk komunikasi
yang banyak berpengaruh terhadap efektifitas komunikasi adalah komunikasi
nonverbal. Menurut Birdwhistle (Rakhmat, 1985:303), barangkali tidak lebih dari
30% sampai 35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan
kata-kata, sisanya dilakukan dengan non verbal. Bahkan Mehrabian memperkirakan
93% dampak pesan adalah diakibatkan oleh pesan nonverbal.
Seperti contoh pada hadist
tentang kedermawanan nabi. Dalam proses komunikasi persuasif nonverbal
(perbuatan dan tindakan yang bersifat mengajak dan membujuk), terdapat proses
AIDDA (Attention-Interest-Desire-Decision-Action). Nabi merupakan seorang yang
dermawan. Tentu saja kedermawanan beliau mendapatkan perhatian (Attention) dari
masyarakat. Seiring berjalannya waktu, penduduk Arab waktu itu tertarik
(Interest) dan mempunyai hasrat (Desire) untuk mengikuti kedermawanan nabi.
Sehingga mereka membuat keputusan (Decision) untuk segera bersedekah dan
menjadi orang yang dermawan (Action). Dan sampai saat ini, kedermawanan beliau
sudah menjadi suri tauladan seluruh umat muslim di dunia.
BAB III
Kesimpulan
A.
Penutup
Tampaknya keterampilan
komunikasi sudah dimiliki Rasulullah sejak dahulu kala. Tidak hanya menyampaikan
pesan melalui verbal (bicara langsung), Rasulullah juga mencoba mempengaruhi
dan mengajak umatnya kepada kebajikan dengan perbuatan mulia beliau. Hal itulah
yang dirasa efektif untuk mempengaruhi umat (komunikan) untuk bertindak dan
berpikir sesuai yang dikehendaki oleh Rasulullah sebagai komunikator.
B.
Saran
Keterampilan penyampaian
pesan persuasif penting dimiliki semua orang untuk menghendaki sesorang supaya
bertindak dan berpikir sesuai dengan yang kita inginkan. Terlebih sebagai umat
muslim yang mempunyai kewajiban berdakwah menyebarkan kebaikan dan nilai-nilai
Islam dalam semua aspek kehidupan. Berdakwah juga tidak hanya sekedar
menyampaikan pesan-pesan kebaikan kepada khalayak, tetapi juga melakukan
perbuatan konkrit supaya kredibilitas penyampai pesan (komunikator) juga
terbukti. Berkaitan dengan hal tersebut, Rasulullah lah sang pencerah umat yang
bisa dijadikan rujukan untuk berdakwah dengan baik dan benar.
No comments:
Post a Comment