Monday, November 24, 2014

MENGIDENTIFIKASI PEMIKIRAN KEPEMIMPINAN



A.   Mengidentifikasi pemikiran kepemimpinan
a.       Pengertian pemimpin dan kepemimpinan
Dalam Islam pemimpin disebut dengan khalifah. Khalifah (adalah wakil, pengganti atau duta). Sedangkan secara itilah Khalifah adalah orang yang bertugas menegakkan syariat Allah SWT, memimpin kaum muslimin untuk menyempurnakan penyebaran syariat Islam dan memberlakukan kepada seluruh kaum muslimin secara wajib, sebagai pengganti kepemimpinan Rasulullah SAW.
Dari pengertian diatas jelas bahwa pemimpin menurut pandangan Islam tidak hanya menjalankan roda pemerintahan namun seorang pemimpin harus mewajibkan kepada rakyatnya untuk melaksanakan apa saja yang terdapat dalam syariat Islam walaupun bukan beragama Islam. Serta mempengaruhi rakyatnya untuk selalu mengikuti apa yang menjadi arahan dari seorang pemimpin.
Sedangkan kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga apa yang menjadi ajakan dan seruan pemimpin dapat dilaksanakan orang lain guna mencapai tujuan yang menjadi kesepakatan antara pemimpin dengan rakyatnya.
Dalam pandangan Islam kepemimpinan tidak jauh berbeda dengan model kepemimpinan pada umumnya, karena prinsip-prinsip dan sistem-sistem yang digunakan terdapat beberapa kesamaan.Kepemimpinan dalam Islam pertama kali dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
b.      Prinsip Dasar Kepemimpinan
Impian dan harapan besar umat terhadap pemimpin, mengantarkan betapa penting dan berartinya peran seorang pemimpin dalam mengatur sebuah masyarakat, bangsa dan negara. Sejarah membuktikan, kejayaan dan keemasan sebuah bangsa  sangat ditentukan oleh kualitas dan kapasitas para pemimpinnya.
Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam Islam adalah sebagai berikut:
1.      Hikmah. ajaklah manusia ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan nasehat yang baik lagi bijaksana (QS. al-Nahl:125).
2.      Qudwah. kepemimpinan menjadi efektif apabila dilakukan tidak hanya dengan nasihat tapi juga dengan ketauladanan yang baik dan bijaksana (QS. al-Ahdzab:21).
3.      Musyawarah diskusi. adalah suatu bentuk pelibatan seluruh komponen masyarakat secara proporsional dalam keikutsertaan dalam pengambilan sebuah keputusan atau kebijaksanaan  (QS. Ali Imran:159, QS. As-Syura:38). Dengan musyawwarah diskusi dan bertukar pikiran, maka tidak ada suatu permasalahan yang tak dapat diselesaikan. 
4.      Adil. Tidak memihak pada salah satu pihak. Pemimpin yang berdiri pada semua kelompok dan golongan, (QS.al-Nisa’:58&135, QS. al-Maidah:8) Dalam memimpin pegangannya hanya pada kebenaran, shirathal mustaqim (jalan yang lurus). Timbangan dan ukurannya bersumber  pada al-Qur’an dan al-Hadits.  Kecintaannya hanya karena Allah dan kebencian pun hanya karena Allah. Hukum menjadi kuat tidak hanya saat berhadapan dengan orang lemah, tapi juga menjadi kuat saat berhadap-hadapan dengan orang kuat.
5.      Kelembutan hati dan saling mendoakan. Kesuksesan dan keberhasilan Rasulallah dan para sahabat dalam memimpin umat, lebih banyak didukung oleh faktor performa pribadi Rasul dan para sahabat yang lembut hatinya, halus perangainya dan santun perkataannya. Maka Allah SWT menempatkan Muhammad Rasulallah sebagai rujukan dalam pembinaan mental dan moral sebagaimana firmannya, ”Laqad kana lakum fi Rasulillahi uswatun hasanah” (Sungguh ada pada diri Rasul suri tauladan yang baik), (QS. al-Ahdzab:21 dan al-Qalam:10).
6.       Kebebasan berfikir, kreativitas dan berijtihad. Sungguh amat luar biasa, sepeninggal Rasulallah, para sahabat dapat menunjukkan diri sebagai sosok pemimpin yang mandiri, kuat, kreatif dan fleksibel.
7.      Sinergis membangun kebersamaan. Mengoptimalkan sumber daya insani yang ada. Salah satu kehebatan Rasulullah dalam memimpin adalah kemampuan beliau dalam mensinergikan dan membangun kekuatan dan potensi yang dimiliki umatnya. Para sahabat dioptimalkan keberadaannya. Keberbedaan potensi yang dimiliki sahabat dan umat dikembangkan sedemikian rupa, sehingga menjadi pribadi-pribadi yang tangguh baik mental maupun spritualnya.
B.  Teladan Kepemimpinan Rasulullah saw.
Nabi Muhammad lahir di Makkah tahun 571 M. Beliau berasal dari keturunan keluarga bangsawan Arab. Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT yang terakhir dan nabi yang menyempurnakan agama Allah yaitu agama Islam. Kemudian Allah menurunkan Alqur’an kepada nabi Muhammad sebagai pedoman hidup. kemudian Al-qur’an diajarkan Rasullah Saw kepada umatnya yang berisi tentang kehidupan dunia dan akhirat.[1]
Kepemimpinan dalam Islam pertama kali dicontohkan oleh Rasululah SAW. Kepemimpinan Rasulullah sebagai pemimpin spiritual dan masyarakat. Prinsip dasar kepemimpinan beliau adalah keteladanan. Dalam kepemimpinannya beliau mengutamakan uswatun hasanah (pemberian contoh) kepada para sahabatnya yang dipimpin. Rasulullah memang mempunyai kepribadian yang sangat agung, hal ini seperti firman Allah, yaitu :
Artinya: “Dan Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berada dalam akhlak yang agung”. (Q. S. al-Qalam: 4)
Dari ayat di atas menunjukkan bahwa Rasullullah memang mempunyai kelebihan yaitu berupa akhlak yang mulia, sehingga dalam hal memimpin dan memberikan teladan memang tidak lagi diragukan. Kepemimpinan Rasullullah memang tidak dapat ditiru sepenuhnya, namun setidaknya sebagai umat Islam harus berusaha meneladani kepemimpinan-Nya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: "Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah."( al-Quran surat Al-Ahzab, 33: 21)
Beberapa hal yang diterapkan nabi Muhammad sebagai pemimpin dalam kehidupannya sehari-hari:[2]
a)      Perilaku sosial yang baik
Dalam kehidupan bermasyarakat, Rasulullah selalu baik hati, riang dan sopan terhadap semua orang. Seperti  Rasulullah selalu dahulu dalam memberikan salam kepada siapapun termasuk hamba sahaya, kalau Rasulullah tidak melihat salah satu  sahabat-sahabatnya selama dua atau tiga hari Rasullah menanyakannya. Jika ternyata sahabat itu sakit, Nabi saw menjenguknya.
b)      Lembut namun tegas
Dalam masalah pribadi, Nabi saw lembut, simpatik dan toleran. Pada banyak peristiwa sejarah, toleransi Nabi saw merupakan salah satu alasan kenapa Nabi saw sukses. Namun dalam masalah prinsip ketika mengenai masalah kepentingan masyarakat atau hukum, Rasulullah tegas dan tidak pernah memperlihatkan sikap toleran.
c)      Hidup Sederhana
Hidup sederhana merupakan salah satu prinsip hidup Nabi saw. Nabi saw biasa mengatakan: “Sungguh menyenangkan kekayaan itu, jika didapat dengan cara yang halal oleh orang yang tahu cara membelanjakannya”. Nabi saw juga mengatakan: “Kekayaan merupakan bantuan yang baik bagi ketakwaan”
d)     Ketetapan hati dan sabar
Tekad atau kemauan keras Nabi saw sungguh luar biasa. Tekad ini mempengaruhi para sahabatnya juga. Dalam masa hidupnya, beberapa kali kondisi sedemikian rupa sehingga kelihatannya tak ada lagi harapan, namun tak pernah ada kata gagal dalam benaknya.
e)      Kepemimpinan Administrasi dan konsultasi
Sekalipun para sahabat Nabi saw menjalankan setiap perintah Nabi saw tanpa ragu, dan berulang-ulang mengatakan percaya penuh kepada Nabi saw. Konsultasi dengan sahabat-sahabatnya yang dipandangnya penting, dan merupakan faktor-faktor utama yang memberikan sumbangsih bagi pengaruhnya yang luar biasa di kalangan para sahabatnya. Fakta ini ditunjukkan oleh Al-Qur'an. Al-Qur'an memfirmankan:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ                  فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran :159)
f)       Teratur dan tertib
Semua tindakan Nabi saw teratur dan tertib. Nabi saw bekerja sesuai dengan jadwal. Nabi saw mengajak para sahabatnya untuk berbuat sama. Berkat pengaruh Nabi saw, para sahabat juga menjadi disiplin.
g)      Mau mendengarkan kritik dan tidak suka pujian yag bersifat menjilat.  
Nabi saw suka bekerja sempurna. Nabi saw biasa mengerjakan sesuatu dengan benar dan efisien Terkadang Nabi saw terpaksa menghadapi kritik para sahabat. Namun tanpa bersikap keras terhadap mereka, Nabi saw menjelas-kan keputusannya, dan para sahabat pun akhimya mau menerima. Nabi saw membenci sekali pujian yang bersifat menjilat. Nabi saw mengatakan: “lemparkan debu ke wajah orang yang menjilat”.
h)      Memerangi kelemahan
Nabi saw tidak mengeksploitasi titik lemah dan kebodohan orang. Nabi saw justru berupaya memperbaiki kelemahan orang dan membuat orang mengetahui apa yang tidak mereka ketahui sebelumnya. Pada hari meninggalnya putra Nabi saw yang berusia tujuh belas bulan, kebetulan terjadi gerhana matahari. Orang pada mengatakan bahwa gerhana tersebut terjadi karena duka cita yang merundung Nabi saw. Nabi saw tidak tinggal diam menghadapi pikiran yang keliru ini. Nabi saw kemudian naik ke mimbar dan mengatakan: "Wahai manusia! Bulan dan matahari adalah dua tanda dari Allah. Terjadinya gerhana keduanya bukan karena kematian seseorang”.
i)        Memiliki kualitas sebagai pemimpin
Nabi saw memiliki kualitas maksimum kepemimpinan seperti sifat mau tahu, teguh hati, efisien, berani, tidak takut menghadapi konsekuensi suatu tindakan, mampu melihat ke depan, mampu menghadapi kritik, mengakui kemampuan orang lain, mendelegasikan kekuasaan kepada orang lain yang mampu, luwes dalam masalah pribadinya, keras dalam masalah prinsip, memandang penting orang lain, memajukan bakat intelektual, emosional dan praktis mereka,bersahaja dan rendah hati, bermartabat dan sangat memperhatikan pengelolaan sumber daya manusia. Nabi saw sering mengatakan: “Jika kamu bertiga mengadakan perjalanan bersama, Maka pilih salah satu dari kalian sebagai pemimpin”.
 Dalam konteks kepemimpinan, Nabi mengembangkan kepemimpinan moral dalam kehidupan politiknya. Oleh karena itu, politik pada zaman Nabi berfungsi sebagai kendaraan moral yang efektif.
Nabi Muhammad dengan spirit religiusitas dan moralitasnya berhasil membangun sebuah komunitas yang beradab di Madinah. Bersama semua unsur penduduk Madinah, Nabi meletakkan dasar-dasar peradaban (madaniyyah) dengan membuat sebuah perjanjian (Piagam Madinah) yang mengatur mengenai kehidupan beragama, ekonomi, sosial, dan politik. Dalam hal ini, ikatan keadaban (bond of civility) ditegakkan oleh semangat universal ketuhanan untuk menegakkan sistem hukum yang adil dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Moralitas menjadi kunci penting dalam kepemimpinan yang dikembangkan oleh Nabi. Berdasarkan bukti-bukti historis, moralitas menjadi titik poros bagi pengembangan kehidupan bersama yang mampu menciptakan kesejahteraan. Oleh karena itu, jika mengharapkan bangsa Indonesia mampu keluar dari krisis menuju ke arah kehidupan yang menyejahterakan, kepemimpinan yang berlandaskan kepada moralitas merupakan sebuah kebutuhan mutlak. Sebaliknya, pemimpin yang tidak mempertimbangkan moralitas hanyalah akan mengantarkan negara kearah kehancuran.
 Karakteristik kepemimpinan Rasulullah saw. adalah, kejujuran yang teruji dan terbukti. Kejujuran adalah perilaku kunci yang sangat efektif untuk membangun kepercayaan (kredibilitas) sebagai seorang pemimpin. Di samping itu, beliau juga cakap dan cerdas, inovatif dan berwawasan ke depan, tegas tapi rendah hati, pemberani tapi bersahaja, kuat fisik dan tahan penderitaan.

Pola kepemimpinan Rasulullah Muhammad saw., dapat dijadikan rujukan yang utama dalam kehidupan umat manusia, terutama bagi yang beriman dan bertakwa, serta selalu berzikir kepada Allah SWT. Hal ini sejalan sebagaimana diungkap Allah dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21, yang berbunyi :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١
Artinya: “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagi kamu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan hari akhir dan dia banyak menyebut nama Allah”.
C.  Suksesi Kepemimpinan Islam
Suksesi (pergantian kepemimpinan) kepemimpinan Islam setelah Rasulullah Saw adalah khulafaurasyidin. kepemimpinan khulafaur al-Rasyidun adalah suksesi kepemimpinan Islam periode awal. Khalifah pertama yang diangkat adalah Abu Bakar, Abu Bakar terpilih dari hasil musyawarah yang cukup keras antara kaum muhajirin dan anshor. Musyawarah tersebut dilaksanakan sebelum nabi Muhammad di makamkan.
Menjelang shalat isya’, Abu Bakar naik mimbar dan menucapkan pidato inugarasi sebagai berikut:
Artinya: ”Hai orang banyak, aku diangkat mengepalai kamu dan aku bukanlah terbaik di antara kalian. Jika aku melakukan kebaikan maka sokonglah, dan jika melakukan kesalahan maka tegurlah. Kebenaran adalah amanat dan kebohongan adalah khianat. Yang terlemah diantara kamu bagiku adalah yang terkuat sampai aku mengambil dan memulangkan haknya. Yang terkuat di antara kamu aku anggap lemah sampai aku mengambil hak si lemah dari tangannya. Janganlah seorang di antara kalian meninggalkan jihad, kaum yang meninggalkan jihad akan diitimpakan kehinaan oleh Allah. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Bila aku mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajiban patuh kepadaku. Kini marilah kita menunaikan shalat semoga Allah melimpahkan rahmat kepada kamu.[3]
Pidato ini mencerminkan kebijakan pemimpin yang baru dan menempatkan rakyat sebagai sumber kedaulatan negara.
Sesudah Abu Bakkar wafat Umar Ibn al-Khaththab menggantikannya atas penunjukan dan inisiatif Abu Bakar. Sebelum wafat beliau telah membicarakan keinginannya tersebut dengan beberapa sahabat besar. Alasan Abu Bakar hanya bermusyawarah dengan para sahabat adalah mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Umar adalah sosok yang tegas dan lugas dan tampaknya memang sangat diperlukan untuk menanamkan disiplin kepada umat Islam yang sudah semakin luas daerahnya.
Sebelum meninggal Umar telah membentuk panitia atau tim formatur yang diketuai Abdurrahman Ibn Auf yang anggotanya adalah Usman, Ali, Thalhah, zubair, sa’ad ibn Auf. Kemudian terpilihlah Usman Ibn Affan. Sebagai khalifah ketiga Usman adalah termasuk di antara murid-murid awal. Seorang saudagar kaya yang dermawan dan mendapat gelar Dzun al-Nurain. Karena ada dua orang putri Rasulullah yang pernah menjadi istrinya.
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. semula Ali menolak, akan tetapi karena desakan massa, akhirnya Ali Ibnu Abi Thalib siap menduduki jabatan khalifah. Ali dibaiat di Masjid Nabawi.


[1] Ali Syari’ati, Tinjauan Kritis Sejarah Nabi Peride Madinah; Rasulullah Sejak Hijrah Hingga wafat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2001), 48
FIQHISLAM.com _ 8 Keteladan Kepemimpinan Rasulullah Saw_files. Di unduh tanggal 09-09-2013[2]
[3] Basri Iba Asghary,Solusi Al-Qur’an Tentang Problema Sosial, Politik, Budaya, (Jakarta: PT Renika Cipta, 1994), 109.

No comments:

Post a Comment